Mohon tunggu...
Banan Muthohharoh
Banan Muthohharoh Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Perubahan.. BISA!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

All About Gifted Children

16 Juni 2015   21:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   05:58 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yupz, setiap anak memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Contohnya saja gifted children yang artinyaanak berbakat. Martison (Dalam Alsa) memberikan batasan anak berbakat sebagai berikut: “Anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang professional memiliki kemampuan yang sangat menonjol, sehingga memberikan pretasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendiri maupun masyarakat”.

            Tidak hanya kelebihan yang dimiliki anak berbakat, anak berbakat juga memiliki permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya seperti penolakan teman sebaya, kesulitan beradaptsi, dan sebagainya yang berhubungan dengan bakatnya. Permasalahan-permasalahan tersebut harus segera di tangani agar tidak mempersulit kegiatan sehari-harinya. Diharapkan pemerintah memberikan pelayanan bagi anak-anak yang berbakat, sehingga mereka anak-anak yang berbakat dapat mengeksplorasi bakat mereka dan memberikan sumbangannya. Karena masih banyak anak-anak berbakat yang tidak dapat sekolah akselerasi karena tidak memiliki biaya yang cukup.

            Artikel ini akan membahas tentang anak berbakat, beberapa ahli mengemukakan pengertian dari anak berbakat. Coleman (Dalam Alsa) mengemukakan secara konvensional anak berbakat adalah mereka yang tingkat intelegensinya jauh diatas rata-rata anggota kelomponya, yaitu IQ 120 ke atas. Sedangkan Renzulli (Dalam Alsa) melalui teorinya yang disebut “Three Dimensional Model” tentang keberbakatan. Keberbakatan mencangkup tiga dimensi yang saling berkaitan, yaitu: kecakapan di atas rata-rata, kreativitas, dan komitmen pada tugas. Kemudian dapat disimpulkan bahwaannya anak berbakat adalah seorang anak yang memiliki intelektual yang tinggi.

            Anak-anak yang berbakat kemudian di berikan layanan untuk menampungi bakat yang dimiliki anak-anak tersebut. Pemerintah memberikan layanan bagi anak berbakat, seperti akselerasi, pengayaan, kurikulum berdiferensiasi, dan enrichment. Layanan tersebut diberikan kepada anak-anak berbakat untuk menampung dan mengembangkan bakat mereka agar dapat memberikan sumbangan keilmuannya untuk dirinya dan masyarakat.

            Namun, anak berbakat juga memiliki permasalahan-permasalahan yang tidak sama dengan anak biasanya. Buescher dan Higham (Dalam Sayekti) mengemukakan bahwa anak-anak berbakat antara usia 11-15 tahun sering menghadapi berbagai masalah sebagai akibat dari keberbakatannya yang meliputi: perfeksionisme, competitiveness, penilaian yang tidak realistis terhadap keberbakatannya, penolakan dari teman sebaya, tekanan dari orangtua serta masyarakat agar berprestasi, sulit mendapatkan dan memilih teman.

            Untuk menangani permasalahan-permasalahan yang dimiliki oleh anak berbakat, guru berperan sangat penting. Diharapkan guru dapat membantu siswa berbakat dengan konseling sehingga permasalahan siswa berbakat dapat di selsaikan dan tidak mengganggu aktifitas sehari-harinya.

            Keimpulan yang dapat di ambil, bahwasannya anak berbakat adalah anak yang memiliki intelektual tinggi sehingga pemerintah memberikan pendidikan untuk anak berbakat, agar dapat mengekplorai dan mengembangkan bakatnya. Permasalahan anak berbakat dapat diselesaikan oleh bantuan guru dengan melakukan koneling.

Referensi:

Alsa, Asmadi. (2007). Anak Berbakat. Jogja. Indonesian Pychological Jornal. Vol: 22. No: 4. 309-318

Sayekti, Sri. (2013). Permasalahan Anak Berbakat Di Indoneia. Vol: XX. No: 3

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun