Amerika Serikat: Penengah atau Pemantik Api?
Alih-alih menjadi penengah, AS cenderung menjadi katalis konflik. Washington secara terang-terangan mendukung Israel melalui bantuan militer tahunan sebesar $3,8 miliar, dukungan diplomatik di PBB, dan kebijakan kontroversial seperti pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel tahun 2017.
Namun AS menerapkan kebijakan standar ganda:
Terhadap Iran, AS menerapkan pendekatan tekanan maksimum: keluar dari JCPOA (perjanjian nuklir Iran) pada 2018, menjatuhkan sanksi ekonomi, dan melakukan aksi militer terbuka seperti pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani pada awal 2020.
Alih-alih melemah, Iran justru semakin agresif. Ia memperluas aliansi militer dan pengaruh regional melalui kelompok perlawanan di berbagai negara. Ketegangan antara AS dan Iran juga menyeret kawasan lain ke dalam konflik, termasuk Irak dan Yaman. Timur Tengah bagaikan api dalam sekam!
Efek Domino: Api Menjalar ke Seluruh Kawasan
Campur tangan AS di Timur Tengah alhasil membuat konflik Iran-Israel meluas menjadi konflik geopolitik lintas batas yang memicu instabilitas di berbagai negara:
- Suriah dan Lebanon menjadi ladang baku tembak antara milisi pro-Iran dan militer Israel.
- Pasukan Houthi Yaman melakukan serangan ke kapal Israel dan AS di Laut Merah, mengancam jalur perdagangan global.
- Irak kesulitan mengendalikan milisi pro-Iran yang kerap menyerang pangkalan militer AS di Baghdad dan sekitarnya.