Eling Bening yang terletak di kawasan Ambarawa, Kabupaten Semarang, sebenarnya merupakan lokasi wisata yang belum sepenuhnya sempurna. Kendati begitu, karena posisinya berada di atas bukit, dalam tiga bulan terakhir saban hari selalu dipenuhi pengunjung. Penasaran dengan tempat itu, saya pun bertandang ke sana sembari menjemput senja.
Kamis (19/5) sore, saya bersama pasangan abadi dan anak- anak sepakat mengunjungi destinasi wisata baru di Ambarawa tersebut. Karena hanya berjarak sekitar 15 kilometer dari Salatiga, dalam tempo 15 menit kami sudah tiba di lokasi. Di pintu gerbang, kami kena bea masuk sebesar Rp 15.000 perorang, berhubung berempat, totalnya ya Rp 60.000.
“ Rp 15.000 ini bisa ditukar minuman atau potongan harga makanan, tetapi kalau tak ditukar ya hangus pak,” kata penjaga seperti menganggap biaya masuk lokasi tersebut sah adanya. Kami pun kompak melongo mendengar penjelasannya, untuk masuk saja koq harus bayar Rp 60.000. Bagi masyarakat Ambarawa, tarif itu tetap dianggap kemahalan.
Sekedar diketahui, lahan Eling Bening sebelumnya adalah sebuah bukit yang berada di ketinggian sekitar 800 mdpl. Oleh pengelola, puncaknya diratakan dan dibangun berbagai fasilitas, termasuk resto bertingkat empat. Sehingga, saat kita berada di puncak, maka bakal terlihat Ambarawa, perkebunan kopi Bawen, danau Rawa Pening hingga jalan raya.
Sembari menikmati sejuknya angin sore, secara perlahan, sinar matahri mulai redup. Senja di Eling Bening sungguh eksotis, semburat warna ungu kehitaman terlihat jelas ketika sang surya berangkat menuju peraduannya.Kebetulan, di pelataran tempat kami duduk, sengaja tak dipasang lampu penerangan. Otomatis, suasana jadi romantis. Beberapa pasangan muda, kami lirik asyik saling mendekap.
Hingga gelap benar- benar merata, dari kejauhan lampu- lampu kendaraan terlihat merayap mirip kunang- kunang baris. Setelah memperhatikan secuil kartu sebagai tanda masuk, kami bertanya pada pelayan, bila kartu ini ditukar, minuman apa yang akan kami dapatkan ? “ Ada tiga pilihan pak, kacang ijo, teh manis atau es teh manis, “ jelasnya.
Kami memesan sop iga, kentang goreng, nasi goreng seafood , teh hangat dan secangkir kopi. Tanpa dukungan penerangan apa pun, maka suasana makan di alam terbuka cukup berkesan. Terlebih lagi di beberapa pojok halaman, disuguhi pasangan- pasangan muda yang tengah menjalin kasih, semakin lengkap acara makan bersama ini.