Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Duh, Akbar Lahir tanpa Anus

22 Juni 2020   17:23 Diperbarui: 22 Juni 2020   17:19 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Begini kondisi Akbar jelang dimandikan (foto: dok pri)

Muhammad Akbar Almutaqin, bayi berumur 1,5 bulan putra pasangan suami istri Muhammad Isroni (32) dan Murmiyati (32) warga Dusun Bulu RT 5 RW 4Desa Dadapayam, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, sejak lahir mengalami nasib yang mengenaskan. Ia terlahir tanpa anus (Astresia ani) sehingga memerlukan penanganan medis yang lebih intensif.

Keberadaan bayi yang biasa disapa Akbar ini, diketahui oleh dua personil Relawan Lintas Komunitas (Relintas) Kota Salatiga, yakni Siti Rosidah dan Rojabi,Senin (22/6) siang.  Temuan itu segera dilaporkan pada Bambang Setyawan alias Bamset selaku penanggungjawab komunitas sosial tersebut. Sayang, data pendukung kurang lengkap, sehingga Bamset merasa perlu turun ke lokasi sendiri, terlebih lagi para kerabat relawan juga menitipkan donasi hampir Rp 1 juta.

Jalan menuju rumah orang tua Akbar yang mirip gula kacang (foto: dok pri)
Jalan menuju rumah orang tua Akbar yang mirip gula kacang (foto: dok pri)
Untuk menuju rumah Akbar yang berjarak sekitar 21 kilometer dari Kota Salatiga, tak membutuhkan waktu lama. Dalam tempo 25 menit, sudah tiba di rumah sederhana berdinding papan itu. Murmiyati, ibu kandung menyambut di pintu masuk sembari menggendong putra bungsunya. Perempuan desa yang ramah tersebut mempersilahkan tamunya duduk di kursi kayu uzur.

Demi melihat sendiri kondisi Akbar, Bamset merasa sangat sedih. Betapa tidak, bayi mungil tersebut, bagian perut sebelah kirinya dibuat lobang pembuangan feses yang ditampung kantong plastic warna kuning. Pembuatan lobang sendiri dilakukan oleh tim medis, tentunya menggunakan pisau bedah. " Operasi untuk membuat lobang pengganti anus dilakukan saat Akbar berusia dua hari," kata Murmiyati.

Menurut Murmiyati, selama Akbar dalam kandungan, tak ada firasat buruk apa pun. Begitu pula dengan suaminya yang kesehariannya berjulan pentol cilok keliling. Bahkan, dirinya juga rajin memeriksakan kandungannya ke bidan desa mau pun ke Rumah Sakit (RS) di Kota Salatiga " Semuanya berjalan normal, tidak ada firasat jelek sedikit pun," kata Murmiyati.

Rumah yang ditinggali Akbar berikut ortunya (foto: dok pri)
Rumah yang ditinggali Akbar berikut ortunya (foto: dok pri)
Hingga hari Minggu (17/5) lalu, saat Covid-19 melumpuhkan segala lini,  usia kandungan Murmiyati sudah mencapai 9 bulan. Nalurinya sebagai ibu merasa ada yang tidak beres ketika bidan merujuknya ke RS Puri Asih Kota Salatiga. Ternyata, hal tersebut benar adanya. " Saya menjalani operasi caesar karena kondisi bayi melintang di kandungan, " ungkapnya.

Akbar tertidur didampingi ibu dan neneknya (foto : dok pri)
Akbar tertidur didampingi ibu dan neneknya (foto : dok pri)
Usia Dua Hari Dioperasi

Operasi Caesar berjalan lancar, sayang tiga jam kemudian, pihak RS Puri Asuh menyadari adanya hal yang tidak beres. Di mana, bayi yang belum memiliki nama tersebut, ternyata tak memiliki lobang anus atau biasa disebut Atresia ani. Terkait hal itu, Akbar segera dirujuk ke RSUP dr Karyadi  Kota Semarang.  Celakanya, RS rujukan sulit menerima dengan dalih semua kamar penuh.

Berhubung Akbar harus segera mendapatkan penanganan medis, akhirnya rujukan dipindah ke RSUP dr  Sardjito, Jogjakarta. Sedangkan ibunya yang belum pulih, masih menjalani perawatan di Kota Salatiga. " Dua hari kemudian, Akbar diperasi perutnya. Bagian perut sebelah kiri dibuatkan lobang untuk mengeluarkan kotoran (feses) ," jelas Murmiyati.

Akbar sayang, Akbar yang malang tengah tidur siang (foto: dok pri)
Akbar sayang, Akbar yang malang tengah tidur siang (foto: dok pri)
Selama 26 hari bayi mungil itu harus menjalani perawatan di RSUP dr Sardjito, untuk menampung feses, digunakan kantong plastik seharga Rp 60.000. Di mana, maksimal penggunakan hanya 3 hari, setelah itu perlu diganti. Sedangkan tindak lanjut paska pembuatan lobang di perut, nantinya Akbar harus kembali menjalani operasi pembuatan anus. Operasi baru bisa dilakukan bila usianya telah menginjak 6 bulan.

Menurut Murmiyati, untuk memulihkan Akbar menjadi anak yang normal, nantinya masih ada dua kali operasi. Yakni pembuatan anus dan penutupan lobang di perut yang selama ini berfungsi sebagai saluran pembuangan.  " Mohon doanya agar semua operasi berjalan lancar," pintanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun