Sedangkan kebutuhan konsumsi, biasanya disediakan sendiri oleh relawan bersama warga setempat. " H-3 rekan- rekan relawan sudah mulai menggarap kuda- kuda, pintu dan jendela. Semua dikerjakan malam hari karena siangnya relawan memiliki pekerjaan masing- masing," jelas Bamset.
Sejak H-2 material mulai dikirim ke lokasi, kebetulan, dukungan warga sangat antusias. Di malam hari, mereka bak dikomando ikut membantu menurunkan material yang lumayan berat. Di hari yang sama, melalui komunikasi yang dijalin, ada kesepakatan bahwa warga akan membantu penuh realisasi bedah rumah ini.
Menurut Bamset, pihaknya memang selalu mendorong agar warga setempat untuk ikut peduli atas nasip duafa. Terkait hal itu, Relintas tak mengharamkan peran masyarakat guna memberangus angka kemiskinan. " Ini juga untuk mengedukasi masyarakat agar kembali membangkitkan gotong royong yang belakangan mulai kendor," jelas Bamset.
Berkat komunikasi yang baik, hasilnya luar biasa. Ketua RT setempat, yakni Maksum saban malam mengerahkan masyarakat setempat untuk bahu membahu meringankan beban relawan.Â
Bahkan, begitu material sudah didrop ke lokasi, warga langsung mengungsikan Muini dan membongkar total rumahnya. "Siang hari masing- masing memiliki kesibukan, jadi sengaja kami kerjakan malam hari," kata Maksum, Jumat (19/10) malam.
Begitu pun malam berikutnya, agar hari Minggu (21/`10) pekerjaan relawan semakin ringan, maka warga sudah mulai mendirikan tiang, memasang kuda- kuda dan juga usuk- usuknya telah terpasang. " Sebagai penanggungjawab proyek akhirat ini, saya sangat mengapresiasi kesigapan warga," ungkap Bamset.
Kendati begitu, hampir 80 persen bedah rumah dinyatakan selesai. " Untuk memplester lantai, kami serahkan pada warga setempat. Karena harus menunggu kering butuh waktu minimal 24 jam," ungkap Bamset.