Dalam benak saya jelas timbul berbagai pertanyaan, duh! Negara ini sudah 71 tahun merdeka, namun masih ada janda pejuang yang bertahun-tahun tinggal di kandang berbaur bersama anjing dan ayam piaraan. Banyak orang kaya, tapi banyak pula yang tidak peduli. Begitu juga dengan media, sepertinya ikut abai memberitakannya.
Sore harinya, segala fakta yang saya temukan di lapangan segera saya kupas dalam artikel berjudul Janda Pejuang Ini, Bertahun-tahun Hidup di Kandang tayang tanggal 6 Oktober 2016. Hanya dalam hitungan jam, artikel itu melesat dibaca ribuan orang. Bahkan, share di facebook mencapai angka 3.000 an.
Begini penampilan rumah nenek sekarang (foto:dok pri)
Paska munculnya artikel di Kompasiana, berbagai pihak seperti terhenyak. Sikap apatis dan abai yang selama ini diperlihatkan publik, mendadak berubah total. Simpati campur empati berdatangan, aneh… selama bertahun- tahun mereka pada kemana? Melalui dua kali pertemuan, akhirnya 10 hari kemudian terbentuk panitia bedah rumah yang terdiri atas Komunitas Sedulur Yaris, warga RT 01 RW 05 Bendosari serta jemaat Gereja GKJ Salib Putih.
Rumah kandang milik mbah Kesi, Minggu tanggal 16 Oktober 2016 secara bergotong royong diratakan, patungan berbagai pihak berhasil mendirikan tempat tinggal yang layak huni, dilengkapi dengan sarana MCK. Senin (6/3) siang, ketika saya bertandang ke lokasi, nenek tersebut tengah ke pasar. Rumah bercat biru dipadu putih, sepertinya jauh lebih memanusiakan dibanding sebelumnya. Itulah catatan mengenai janda pejuang yang menempati kandang selama bertahun- tahun, nasipnya berubah berkat Kompasiana. Artinya, Kompasiana masih tetap luar biasa dan bermanfaat untuk umat. (*)