Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Begini Heningnya Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono

23 Agustus 2016   15:05 Diperbarui: 24 Agustus 2016   19:51 3471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penginapan bagi tamu terkesan adem (foto: dok pri)

Penampakan kompleks PBPG dari luar (foto: dok pri)
Penampakan kompleks PBPG dari luar (foto: dok pri)
Untuk pelayanan umat yang tinggal di sekitar Desa Jetak mau pun warga Getasan, PBPG saban Hari Minggu membuka pengobatan murah. Dilayani oleh dokter Bowo yang berasal dari Surakarta, pasien yang berobat cukup membayar Rp 2.000 sekali kunjungan. Tak ada perbedaan pengobatan, baik Muslim, Kristen dan Katolik, semua dilayani dengan baik. Maklum, urusannya tidak terkait duniawi namun berurusan langsung pada investasi akherat.

“Apa pun agamanya, berobat di sini ya tetap dilayani. Soalnya waktu akan berobat dokter tidak pernah menanyakan agama pasiennya,” ujar Tukiman yang mengaku bekerja di PBPG sejak 10 tahun yang lalu.

Berdasarkan keterangan, PBPG dibangun tahun 1987 sebagai cabang dari Pertapaan Santa Maria Rawaseneng (PSMR) yang ada di Kabupaten Temanggung. Di mana, proses pembangunannya melibatkan RD. YB. Mangunwijaya atau biasa disapa Romo Mangun. Beliau yang memang seorang arsitek, mendesain seluruh bangunan di PBPG sehingga terkandung cita rasa arsitektur yang tinggi. Tahun 1993, PBPG sempat menerima penghargaan Ikatan Arsitek Indonesia.

Bentuk bangunan yang ada, mayoritas perpaduan arsitektur Jawa dengan Eropa. Di mana, daun pintu dan jendelanya mirip rumah-rumah para bule, tetapi atapnya cenderung bergaya joglo. Sedangkan dindingnya, dibalut ornamen bebatuan. Warna yang mendominasi adalah cokelat natural. Di halaman, semuanya ditanami rumput yang terawat. Meski sinar matahari menyengat, namun terasa adem karena banyaknya pepohonan peneduh.

Begitulah sedikit catatan tentang PBPG yang sarat keheningan dan terkesan sakral, minimnya informasi mengakibatkan kesulitan menjelaskan secara rinci. Kendati begitu, ada pelajaran yang bisa dipetik, yakni perbedaan agama tidak harus dijadikan sekat berinteraksi antar umat. Kendati begitu, semisal anda adalah penganut agama Katolik, tidak ada salahnya merasakan sekaligus menikmati rutinitas para suster yang benar- benar sangat mendekati-Nya. Salam keberagaman. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun