Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tradisi Nyadran yang Hampir Tergerus Zaman

31 Mei 2016   16:52 Diperbarui: 1 Juni 2016   01:51 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Walikota Salatiga Yulianto menghadiri Nyadran di salah satu kampung (foto: dok pri)

Hingga agama Islam mulai merangsek ke Nusantara pada abad ke 13, Walisongo yang menyebarkan agama ini, rupanya juga melakukan pendekatan budaya. Berbagai ritual yang sebenarnya menyimpang dari Islam, tetap diakomodir meski tak lagi utuh. Artinya, bila sebelumnya menggunakan doa dalam agama Hindu- Budha, belakangan diganti menggunakan doa- doa Islam.

Itulah sedikit tentang tradisi Nyadran yang hingga sekarang masih dilakukan warga Kota Salatiga di pinggiran. Bila dulu di tahun 60 an  di perkotaan juga selalu menggelar ritual yang sama, belakangan telah raib ditelan jaman. Padahal, esensi Nyadran sebenarnya tak sekedar mengirim doa bersama kepada leluhurnya saja. Ada hal yang lebih penting, yakni berkumpulnya warga untuk bersosialisasi satu sama lain, menikmati kebersamaan dan tentunya melestarikan budaya. Entah sampai kapan tradisi ini tetap bertahan, yang pasti, semakin terpinggirkan. (*)


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun