Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Elegi Toko Buku: Mari Mati Bersama Pelan-pelan

21 Februari 2021   10:08 Diperbarui: 21 Februari 2021   15:01 3554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyusul kemudian Toko Eureka di bawah PT Eureka Bookhouse yang dibentuk Penerbit Erlangga pada tahun 2006. Toko buku ini berkonsentrasi pada penjualan buku-buku pendidikan dengan membangun gerai-gerai berjejaring di ruko.

Penerbit Mizan juga sempat mendirikan sebuah toko buku di Jakarta Selatan. Namun, seiring waktu, toko buku itu tidak lagi beroperasi.

Ada lagi jejaring Toko Buku Karisma juga sempat muncul di beberapa mal. Toko buku ini dilahirkan orang perbukuan juga. Karisma memenuhi tokonya dengan buku-buku terbitan sendiri dari Penerbit Scientific Press yang berlokasi di Batam (beralamat PO Box).

Saya perlu menambahkan di sini jejaring toko buku yang terbentuk bukan dari penerbit adalah toko buku diskon Togamas yang sempat mengalami pertumbuhan progresif di beberapa kota di Pulau Jawa. Toko buku Togamas didirikan tahun 1990 di Jawa Timur, tepatnya di Malang, lalu merembet ke beberapa kota di Pulau Jawa.

Di daerah tempat saya bermukim (Bandung dan sekitarnya), masih dapat ditemukan toko-toko buku yang mencoba bertahan dari desakan zaman. Ada kawasan buku Palasari dan Pasar Suci. Ada Toko Singgalang di Karapitan sebagai toko buku tradisional dan yang sangat legendaris Toko Buku Dahlan (Penerbit Diponegoro) di kawasan Tegalega.

Perlu disebut juga Toko Buku Djawa di kawasan Braga yang sudah ditutup dan berubah menjadi kedai kopi. Toko Buku Alumni dan Angkasa sudah lebih dulu ditutup pada akhir 1990-an. Bagi para penggemar komik, ada Toko Buku Maranatha di Jalan Ciateul Bandung yang juga tinggal kenangan.

Senjakala toko buku, terutama toko buku berjejaring tampaknya terjadi pada satu dekade setelah milienum ketiga atau pada tahun 2010. Sebagian besar toko buku yang saya sebutkan tadi sudah rontok atau jejaringnya sirna dihantam zaman. Ada juga yang mengalihkan operasionalnya menjadi toko buku daring.

Toko buku tak mampu bertahan karena kunjungan yang merosot dari pembeli. Satu hal yang mematikan hasrat itu, terutama bagi anak-anak sekolah, lantaran distribusi buku berlangsung tidak normal. Buku-buku sekolah disalurkan langsung oleh penerbit ke sekolah-sekolah tanpa melalui saluran konvensioal yakni toko buku.

Sekolah berubah menjadi "toko buku". Hal ini sudah berlangsung dari zaman ke zaman, saya kira sejak masih sekolah di bangku SD tahun 1980-an sudah terjadi. Makin luar biasa pada tahun 1980-an akhir ketika saya duduk di bangku SMA.

Salah satu biang kerok lain yang kerap didengung-dengungkan adalah minat baca masyarakat plus minat membeli buku yang tak kunjung tumbuh. Tidak tumbuh atau tidak muncul generasi baru pembaca buku yang rakus. Anak-anak tidak pernah diajak berwisata ke toko buku sehingga tidak pernah menikmati kemeriahan literasi. Mereka lebih sering masuk ke arena gim (permainan) daripada toko buku.

Pemicu lain boleh jadi persoalan internal usaha toko buku. Sangat mungkin generasi penerus toko buku tidak mau melanjutkan usaha orang tuanya yang telah dirintis sedemikian rupa. Aset-aset berupa tempat dan ruko dialihfungsikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun