Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sedih dan Gembira Dunia Buku Indonesia

5 September 2018   14:53 Diperbarui: 5 September 2018   20:04 2912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Bagi saya mengamati dan menikmati dunia perbukuan di Indonesia seperti dua sisi kehidupan: sedih dan gembira. Anda mau berita buruk atau berita bahagia dulu?

Rentetan kabar gembira saya tarik saja mulai tahun 2015 ketika Indonesia menjadi guest of honor di perhelatan buku terbesar sejagat, Frankfurt Book Fair. Sukses penyelenggaraan kegiatan ini lalu berlanjut pada dibentuknya Komite Buku Nasional (KBN).

KBN ini kemudian yang meneruskan program keliterasian tingkat internasional, seperti pameran buku di luar negeri dan program Residensi Penulis Indonesia (pemberian dana riset dan biaya hidup bagi para penulis di dalam dan di luar negeri).

Selanjutnya, kabar gembira lain adalah ketika tanggal 29 Mei 2017, UU tentang Sistem Perbukuan resmi ditandatangani Presiden Jokowi. Artinya, sejak lebih dari 40 tahun diperjuangkan, dunia buku Indonesia akhirnya memiliki UU yang "memaksa" pemerintah memberi perhatian lebih pada dunia perbukuan Indonesia.

Masih soal kabar gembira, baru saja saya mendapatkan undangan diselenggarakannya Literaction Festival (Litbeat) pada tanggal 10 September 2018 yang akan datang. Penyelenggaranya adalah KBN yang menghadirkan puluhan pembicara dari dunia literasi Indonesia. Selang dua hari kemudian, Ikapi juga akan menggelar Indonesia International Book Fair 2018 di JCC.

Rentetan ini menunjukkan betapa semaraknya kegiatan perbukuan di Indonesia. Bahkan, tahun depan atas inisiasi Bekraf, KBN, dan Ikapi, Indonesia akan menjadi market focus dalam London Book Fair 2019. Di sini kembali Indonesia akan unjuk gigi dengan buku-buku  karya anak bangsa.

Namun, kegembiraan itu harus ditingkahi berita sedih. Di ruang sejuk Hotel Mercure Cikini, Jakarta, saat membahas RPP (rancangan peraturan pemerintah) tentang Sistem Perbukuan, saya justru membaca kabar muram dari Trinity---sang penulis The Naked Traveller. Di situs C2live.com, Trinity beberapa hari lalu memutuskan pensiun dari dunia penulisan buku. Alasan utamanya adalah kondisi dunia perbukuan yang semakin memprihatinkan.

Di dalam situs tersebut tertulis bahwa Trinity mengamati  hari demi hari, toko buku satu per satu mulai tutup.  Jika pun tidak tutup, ruang untuk pajangan buku semakin dipersempit. Buku-buku mulai kalah daripada produk lain, seperti tas, pernak-pernik, pakaian, sepatu, dan alat tulis. 

Intinya Trinity merasakan bahwa antara supply dan demand dalam industri buku mulai tidak seimbang. Penerbit setiap bulan memproduksi banyak buku baru. Berdasarkan data Ikapi dalam setahun tidak kurang terbit 30.000 judul buku baru dari berbagai genre atau berdasarkan data Perpusnas RI ada lebih 40.000 judul buku yang diajukan setiap tahun untuk mendapatkan nomor ISBN.

Namun, pembaca buku tidak bertumbuh signifikan seiringnya banyak buku terbit. Buku-buku itu harus berjuang memikat pembaca yang perhatiannya mulai terbagi pada dunia maya, terutama generasi milenial.

Trinity tampaknya pesimistis dengan pertumbuhan dan perkembangan dunia perbukuan di Tanah Air. Ia malah berpikir untuk beralih profesi yang lebih dapat diandalkan pada masa depan. Ironisnya, Trinity adalah penerima program Residensi Penulis Indonesia yang diselenggarakan KBN. Trinity akan berangkat September 2018 ke Peru untuk menuntaskan buku The Naked Traveler 8. Buku ini disebut-sebut akan menjadi buku terakhirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun