Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Siklus Alami

28 Juni 2022   07:37 Diperbarui: 28 Juni 2022   07:41 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo karya Tony Hunter  - Bersumber dari twitter Apostrophe

Musim beralih, daun ranting merintih, berlambar sepi. Cericit burung, merdu di pagi hari, amatlah lugu.

Di ranting haru, hijau ganti baju, musim tak tentu. Ditinggalkannya, rintikan ritmis hujan, hati terkesan. Tanda menggersang, meninggalkan riang, rindu siraman. Sentuhan tangan, lambang berkasih sayang, tidak terbilang.

Hujan harian, secara pelan-pelan, kan berpamitan . Tak lama lagi, kemarau pun datang, kering kerontang.

Saat terdiam, tetes kenang semalam, di daun kusam. Slalu menunggu, kegairahan hulu, ingin berpacu.

Hindari congkak, alam akan menguak, resah tak hendak. Bertimbang rasa, sudah mulai langka, lestari tua. Tekad yang  kuat, tidak asal bicara, slogan semata.

Musim beralih, daun ranting merintih, berlembar sepi. Terbang meninggi, meraih makna hakiki, sepenuh hati. Pohon mengerti, sadar dan tahu diri, ikhlas di hati. Siklus alami, perlu disyukuri, itu abadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun