Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jiwa Terbonsai

15 Juni 2022   06:59 Diperbarui: 15 Juni 2022   07:05 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bonsai Kelapa  -  Koleksi Besubroto

Semburan waktu telah berlalu. Kadang terbersit  untuk melupakan jejak silam. Ada kuasa di situ, ada juga yang tetap menjadi fatamorgana beku.

Pernah di suatu waktu, merasakan jiwa terbonsai. Hidup dengan keterbatasan. Hari-hari tiada berkaki. Hanya diam, indah tetapi penuh gumam.

Ingin menjadi belukar yang tumbuh liar. Setiap hari berhadapan dengan kemungkinan mara bahaya. Matahari di langit pun dipercaya tak pernah melenceng dalam menyedekahi sinar kepada dunia.

Berbeda rasa dengan jiwa terbuai. Kerutinanlah yang selalu datang menjelang. Mereka mengajak untuk masuk dalam ikatan kerutinan. Sikap abai ini juga jadi kebiasaan pohon yang merindang besar.

Kekederdilan pun sebenarnya indah. Ada keutuhan yang seimbang, berdamai dengan komposisi alam. Batang, ranting, dan daun tidak saling mendominasi. Menuju komposisi  yang selaras serta serasi.

Jiwa yang terbonsai hanyalah memburu keindahan, dengan mengorbankan anak keturunan. Mereka lebih paham tentang proses menjadi kecil di dalam keterbatasan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun