Setiap hari, mentari selalu terbit dan tenggelam ke ufuk. Sedikit yang bersyukur atas peristiwa ini. Penghormatan terhadap kearifan alam seakan tenggelam dalam kealpaan.
Mentari terbit, dikenang dalam puisi kehidupan. Tak lupa berterimakasih pada setiap awal hembusan napas, yang mengekalkan semangat persahabatan.Â
Hanya mengucap terimasih pun sungguh sulit nian. Ibarat sedang membungkus kado, tapi tak pernah diberikan ke siapa pun juga.
Terima kasih dan pujian itu sepasang. Walau sulit, seperti membayangkan kilau mahkota di atas  kepala orang yang dianugerahi kesehatan.
Humanisme itu mirip dengan keikhlasan mentari yang rutin timbul tenggelam. Manusia yang berhakikat pastilah mampu menjadi sumber kreatifitas dan kebaikan. Dunia dibuka dengan secercah cahaya, lalu proses itu dinobatkan sebagai guru kehidupan.
Pujian dan berterimakasih bila terbit tertib setiap hari akan memberi kesejahteraan batin dalam jangka panjang.