Suatu saat, Gus Mus berkata, bab abad kedagingan. Tak sungkan lagi, ngomong yang ngeres-ngeres, dan mempraktikkan. Apakah ini lumrah ?, gebyar erotis, terkesan manis. Dialah Dewa Cinta, putra Aphrodite, rangsang libido.
Mungkin karna tulisan, gerakan badan, nafsu berkobar. Buta penyebab, terus melakukannya, dengan segera.
Tiada saru, tiada tabu, nikmat lambang kebebasan. Berpamer marak, orang lain berdecak, ekshibionis.
Nikmati keindahan ?, elok menawan, sangat menawan. Mungkin narsistik, kagum bayangan diri, dan mencintai.
Guru itu panutan, cintai siswa, di keilmuan. Lupakan syahwat, jika sedang mengajar, itu terhormat. "Digugu lan ditiru", hakikat guru, tak mungkin saru.
Abad kedagingankah ?, kita berada, serta mengada. Tidak mulia, yuk ditinggalkan saja, berbuat dosa.