Di musim penghujan ini masih banyak tersedia topeng. Saat selfi bersama, atau sendirian saja. Duka seperti suka. Wajah bahagia pun ditemukan di mana-mana. Sebenarnya itu untuk siapa ?
Mirip seperti sekawanan burung bertopeng. Bernyanyi-nyanyi, entah sedang suka, atau murung bosan terkurung saja.
Malah ada sekawanan burung dari tanah entah yang jauh. Mereka bertopeng juga. Barangkali di sana tandus, di sini subur. Makmur itu impian bagi semua burung, yang biasa tak terkurung.
Mereka suka bercericit. "Saur manuk", katanya. Persis lambang di medsos, yang juga menampung cuitan ndobos.
Itu semacam katarsis. Tetap bertopeng, setiap burung hakikatnya ingin eksis. Walau rute penjelajahannya sama, tapi versi ceritanya berbeda-beda.
Mereka terbang berombongan. Topengnya seragam, beraneka warna. Merah, hijau, dan kuning. Sangat piawai mengusik hening.
Hingga akhirnya burung-burung itu bergerombol. Tak hanya satu. Setiap hari buli-bulian, saling memperuncing perbedaan.
Wajah sebenarnya teduh. Topenglah yang membuat alam raya semakin gaduh.
Wajah penjelajah di musim penghujan, sangatlah beragam. Ada saja yang bertopeng damai, tapi sejatinya sedang saling berbalas dendam.