Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Fanatisme Pemuja Nasi

26 September 2021   03:32 Diperbarui: 26 September 2021   06:51 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuliner. Sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com/Rembolle

Dari dulu hingga kini, selalu bersama nasi. Setiap daerah punya andalan sendiri-sendiri. Jika suka sensasi nasi krawu, banyak jalan bisa ditempuh. Awalnya hanya coba-coba, seterusnya fanatik juga.

Bagi para pemuja nasi, fanatisme itu bisa hinggap ke varian apa saja. Jika kangen nasi goreng mawut, spesifikasinya tentu berbeda dengan nasi krawu.

Nasi krawu termasuk nasi pulen. Masih ditanak dengan cara tradisional. Tidak berair, tapi tidak juga kerontang. Tahan banting, bila diajak menemani perjalanan jauh.

Dalam urusan tersebut, Japan Airlines pun sangat cermat dalam menyiapkan menu nasi selama penerbangan. Ini menyangkut reputasi tersendiri, terutama untuk penumpang kelas satu dan eksekutif.

Tidaklah mengherankan, selama penerbangan mereka melengkapinya dengan alat penanak nasi berteknologi tinggi.

Alat termaksud mampu dioperasikan pada saat sedang menanjak atau menurun.

Korean Airlines juga begitu. Tetapi yang dilakukan berbeda dengan Japan Airlines. Nasi disiapkan dalam kantong individual. Lalu dipanaskan dalam perjalanan. 

Ada pula yang menyiapkannya melalui tahap setengah matang atau "parbouled" terlebih dahulu. Baru setelah itu disempurnakan kemudian. Nasi dijaga agar tidak terlalu kering, yang akan berpengaruh terhadap selera makan.

Jika kita sedang berburu menu kuliner pernasian, penjualnya tentu mempunyai jurus andalan yang berbeda-beda pula. Entah itu nasi krawu, nasi gudheg, nasi liwet, nasi megono, nasi gurih, nasi timbel, dan varian nasi goreng.

Di kawasan Asia, mutu nasi penentu selera. Apa pun lauknya, jika nasinya enak, peringkat subjektif kelezatannya juga akan terkerek naik. Sebaliknya, seenak apa pun lauknya, jika nasinya tidak berkenan, akan memanen kekecewaan.

Di kawasan Amerika dan Eropa, nasi berposisi sebagai "garnish" atau "sidedish".

Bagi para pemuja nasi, nasi lembek atau nasi nglethis, dapat dimaklumi. Apalagi kalau sudah terbiasa hidup di negeri orang.

Khasanah itu terbawa pula di saat memilih menu nasi di restoran gaya Italy, misalnya. Risotto yang nglethis pasti diterima dengan suka cita. Karena kematangannya memang disengaja berkategori"al dente". Nglethis mirip "rice" Amerika.

Sesama Asia pun, fanatisme tentang nasi juga berbeda-beda. Etnis India paling suka beras basmati. Lalu sengaja dibiarkan kering cenderung keras. Itu karena cara makannya dicampur dengan yoghurt.

Di Thailand, nasi enak itu beraroma melati. Di China, nasi lembek lebih difavoritkan. Sedangkan Jepang, lebih suka beras yang hampir mirip ketan.

Para pemuja nasi yang pernah pergi jauh, tidak terlalu memasalahkan perbedaan tersebut. Jika mampu mengaitkan konteks perbedaan kebiasaan, akan diterima dengan legawa.

Tetapi kalau fanatisme selalu dikedepankan, maka bisa jadi subjektivitasnya sudah terlalu mencengkeram kuat. Bahkan terlalu kuat.

Mereka yang telanjur memilih jalur fanatik, tidak mau memberi peluang sedikit pun terhadap perbedaan. Konsep keanekaragaman diperlukan agar tersedia banyak alternatif pilihan.

Bhineka itu tunggal ika. Berbeda kebiasaan adalah anak kandung kebudayaan. Itu juga butuh dilestarikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun