Saya ingat sekali, saya sudah bersiap pukul 3 subuh, pas mau makan sahur. Setelah itu, kami berangkat ke Pasar Senen. Padahal keretanya itu berangkat pukul 8 pagi. Tapi saat itu, bisa beli tiket langsung.
Alamak, sampai di sana sudah ramai sekali. Untung masih dapat tiket. Kalau tidak salah, itu kereta Tirtonadi, jurusan Pasar Senen-Solo yang harga tiketnya 14 ribu.
Pas waktunya naik, alamak, saya terkejut. Itu orang desak-desakan masuk dalam gerbong. Pokoknya semua sudut dalam gerbong terisi, sampai kamar mandi. Alhasil, sepanjang perjalananan kurang lebih 12 jam, saya berdiri hahaha. Ajaibnya lagi, itu para penjual masih bisa menjajakan dagangan. Selip sana sini, lewatin kepala orang, tetap bisa masuk hahaha.
Bersahabat dengan si HitamÂ
Sejak Saat itulah, saya bersahabat dengan si Hitam. Apalagi sejak orang tua saya pindah ke Gombong tahun 2004, maka semakin seringlah saya naik kereta api dari stasiun Pasar Senen Jakarta Pusat ke stasiun Gombong Kebumen, Jawa Tengah. Tidak hanya mencoba kelas ekonomi, tapi juga bisnis.
Alasan lain saya naik kereta api, karena saya itu dulu mabokan hahaha. Jadi kalau naik bus, pasti muntah. Kalau naik kereta api, rasanya jalanan lurus saja. Badan bisa gerak-gerak bebas juga.
Beberapa kali saya juga mencoba rute lain. Misalnya saya sering naik kereta api dari Gombong ke Yogyakarta, lalu terus ke Solo. Beberapa kali juga saya naik kereta api dari Gombong ke stasiun Gubeng Surabaya. Bahkan pernah, dari Pemalang ke Jakarta, juga dari Gombong ke Bandung.
Wajah Kereta Api Indonesia Saat Ini
Sesuai dengan pengalaman saya, Kereta Api Indonesia saat ini sangat maju dan berkembang. pelayanan juga semakin meningkat. dan pastinya ini memberi kenyamanan bagi pengguna kereta api, termasuk saya.
