"Artinya, sekarang ini Zus sudah baikkan lagi dengan Bang Noko?"
"Sudah beberapa kali saya menemuinya. Saya lagi berjuang untuk wujudkan niat saya itu. Tapi saya tidak bisa langsung frontal. Maka, saya memulainya dengan tawaran kerja sama bisnis dulu dengannya."
"Kalau boleh tahu, bisnis di bidang apa ya?" tanyaku menyelidik.
"Bisnis Kafe yang menyasar kelas menengah di kota saya. Saya pemodalnya, Bang Noko yang kelolanya. Sebenernya semua persiapannya sudah kelar. Tinggal nge-launcing-nya saja. Tapi karena masih pandemi, ya harus tertunda dulu..."
"Saya ikut doakan, semoga semua yang Zus Tari usahakan, nantinya bisa sukses!"
"Amin! Terima kasih Mas!" balasnya. "Tapi kalau setahu Mas, kira-kira Bang Noko itu sudah punya calon istri atau belum ya?"
Tentu saja aku tak bisa menjawab pertanyaannya. Sebab aku memang tak tahu sama sekali soal itu. Sebelum pamit pulang, ia memintaku saling tukar nomor ponsel.
***
Malam harinya, sebelum kurebahkan tubuhku di ranjang, tiba-tiba ada panggilan telepon masuk ke ponselku. Astaga....ternyata dari Jhanoko.
"Ente selama ini, di mana saja Bro?"
"Maaf, aku nggak sempat ngomong Sampean! Karena semuanya serba spontan dan mendadak. Aku baru saja kawin, Mas.....!"