"Lho, kalau sudah kangen, ngapain kok nggak cepat pulang saja...?"
"Ia nggak bisa pulang sendiri, Cu," ujar lelaki berumur 70 tahun itu,"Harus ada yang mau nggendong dia ke sini."
"Memangnya, ia nggak bisa jalan ke sini sendiri, Mbah?"
Sesungguhnya sang kakek enggan menjelaskan soal itu pada Beckham Cilik. Tapi karena didesak terus, mau tidak mau, pria tua yang dipanggil Mbah Kijo itu, akhirnya bercerita apa adanya tentang Resikonaldo pada cucu laki-lakinya itu:
Setelah menggantung sepatunya dari dunia sepakbola. Resikonaldo coba-coba mencari panggung di dunia politik. Tapi sayang sekali, gaya berpolitiknya kelewat brutal. Ia dengan seenaknya sendiri, menendangi setiap orang yang tidak segaris dengannya. Dia yang sudah tak bisa lagi menendang bola di lapangan hijau, belakangan dia dengan seenaknya menendangi siapa pun di ruang publik.
Ia menendang orang-orang yang tak sepaham dengannya. Dari orang biasa sampai para sesepuh kampung. Dari para petinggi paguyuban lain, maupun para pamong praja kampung. Bahkan sampai ingin menendang Kepala Kampung juga. Bahkan juga ia pernah terlibat dalam kasus "penendangan khusus" terhadap seorang emak muda.
"Mungkin saja, Pak Naldo itu masih merasa punya tendangan yang sangat kuat. Jadi ia merajalela ingin menendang siapa saja," komentar Beckham Cilik, "Terus orang-orang yang ditendanginya itu, apa tidak melapor ke aparat kampung untuk minta keadilan?"
"Jelas saja mereka pada tidak terima, Cu. Mereka ramai-ramai menggugat ke penegak hukum kampung. Sejak itulah, maka Resikonaldo pergi ke sebuah kampung yang jauh."
"Tapi, kenapa pulangnya ke sini harus minta digendong, Mbah?"
"Karena sekarang ini, kabarnya kedua kakinya sudah pada membengkak semuanya. Sehingga tak bisa jalan sendiri. Dan harus ada yang mau nggendong dia untuk pulang ke sini."
"Untuk nggendong dia dari sana ke sini, itu ya harus orang yang sangat kuat ya, Mbah?"