Apa engkau sudah alpa? Ketika gadis-gadis negeriku menggugah fajar menjemput pagi tempo hari. Merias diri dan hati, lalu melangkah kaki bergandeng lengan menuju bilik-bilik konstitusi. Cinta pertiwi meluap di indah dada mereka.
Apa engkau telah lalai? Ketika teruna-teruna bangsa, tegap melangkah mengarah ke tenda-tenda 'tuk menancap opsi. Juga ayah bunda, Â mbakyu kakang, paman tante, saudara saudari dan semua yang bernama warga. Â Berlaksa berjuta-juta di seluruh penjuru bumi, semuanya lakukan aksi terpuji ritual demokrasi.
Apa engkau telah rabun? Terhadap keringat yang terperas, konsentrasi memusat merumus angka-angka yang mesti akurat. Yang ditunaikan penuh tanggungjawab oleh beribu pengabdi di seluruh pelosok negeri. Sampai beratus nyawa berguguran menjadi tumbal peradaban.
Tengoklah dedikasi, euforia dan gebu spirit mereka. Kenanglah ketulusan dan heroisme mereka.
Maka wajarlah jika berdasa kepala negara mengacungkan pujian, selamat dan apresiasi.
Lalu mengapa engkau terus mencacat dan menghujat? Mengapa engkau menuding menumpah serapah? Kenapa engkau peragakan kekerdilan jiwamu? Kenapa engkau umbar amarahmu? Itu memuakkan dan menyakitkan!
Jangan sampai amarah rakyat meledak dan berbalik menamparmu! Bukan dengan anarkisme. Tapi dengan tak percaya dan tak pilihmu di pesta berikutnya.
==000==
Bambang Suwarno-Palangkaraya, 30-04-2019
Â