"Bener, dia sedang sakit hati....dan katanya, kamulah yang menyakitinya..."
"Maaf Bapak, ijinkan saya ngomong sebentar sama dia..."
"Sebelum semuanya klir, dia tak mau ngomong dulu denganmu." Tegasnya.
"Justru saya pengin ngomong dengannya agar semuanya bisa jadi jelas, Bapak. Agar saya bisa tahu persis apa masalahnya. Dan bisa mencari solusinya..."
"Sementara ini, aku yang diminta untuk mewakilinya." Â
Istriku lagi sakit hati? Dan akulah yang menyakitinya? Haah, yang benar saja! Wah, ini benar-benar sangat gawat dan genting. Lebih genting dari kesalahpahamannya Mas Agus kemarin.
Karena tak boleh ke sana dulu, dan bicara per telepon pun tak mau, maka terpaksa aku minta penjelasan ayah mertuaku lewat telepon saja. Dan inilah penjelasan beliau:
Tadi siang, istriku mendadak marah dan sakit hati setelah menerima informasi bahwa aku telah bermesraan di muka umum dengan bosku sendiri, Debora. Informasi itu dilengkapi juga dengan beberapa buah foto ketika Debora menggelendot di lenganku.
Tentu aku pun ganti menjelaskan ke beliau tentang peristiwa kemarin itu, apa adanya. Kumohon beliau meneruskannya kepada Rini. Harapanku, agar ia percaya dan memahami posisiku. Persis seperti yang kulakukan terhadap Mas Agus kemarin yang juga marah padaku.
Celakanya, menurut bapak mertuaku, Rini sama sekali tak mempercayainya. Lantas aku harus bagaimana? Aku benar-benar pusing seribu keliling. Kepalaku rasanya sudah mau meledak saja.
                ***