Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Doktor Krupuk

16 Desember 2018   15:49 Diperbarui: 16 Desember 2018   15:58 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Salah satu makanan ringan yang paling disukai Dian adalah krupuk. Baik krupuk udang atau ikan. Juga krupuk dari nasi yang bernama gendar atau lempeng. Apalagi krupuk rambak dari kulit sapi. Setiap kali makan ( sarapan, makan siang dan makan malam), krupuk harus ada. Krupuk menjadi lauk pelengkap wajib. Baginya, apa pun menu makanannya, krupuk bisa membawanya sampai pada kelezatan yang paripurna.  Tetapi, krupuklah yang kadang juga merontokkan selera makannya. Yaitu, ketika krupuk itu melempem. 

Demi kepraktisan dan efisiensi, untuk makan sehari-harinya, Dian tidak memasaknya sendiri. Sebagai wanita lajang yang sudah dewasa (yang hidup sendirian di sebuah rumah kost wanita), ia berlangganan dari katering terdekat. Khusus Sabtu dan Minggu saja, dia baru memasak sendiri, atau membelinya di luar. 

Siang ini, Dian mengajak Joy (anak pemilik rumah kost) untuk melihat sebuah pameran dagang. Sekaligus untuk makan siang di lokasi expo tersebut. Setelah puas melihat-lihat berbagai produk UMKM, Dian dan Joy masuk ke sebuah stand yang menjual aneka jenis makanan. Mereka beristirahat sambil menikmati nasi rendang dan minum es pilihannya masing-masing.

Di tengah enak-enaknya menikmati makan siangnya, tiba-tiba mata Dian mengarah pada seorang lelaki yang berumur  lima puluh tahunan.  Bersama seorang gadis, lelaki itu masuk ke stand di mana dia berada. Lelaki itu adalah dekan salah satu fakultas di kampusnya. Dia mengenalnya, tetapi sang dekan tak kenal dengannya. Maklum Dian baru setahun menjadi dosen di situ. Tidak satu fakultas lagi. Karenanya, dia merasa tak perlu bertegur sapa dan berbasa-basi dengan seniornya itu.

"Tapi siapa gadis cantik yang mendampinginya itu?" Tanyanya dalam diam. 

Mau tak mau, mata dan hati Dian segera tersedot kepada mereka. Melihat cara bicara dan cara bercanda mereka. Dari gestur dan body language-nya, feeling-nya mengatakan, ada sesuatu yang tak wajar pada mereka.

Setelah selesai makan,  Dian meminta Joy mengambil gambar dari semua pengun jung di caf itu. Sesuai arahannya,  yang paling banyak harus dijepret adalah sang dekan dan gadis yang bersamanya. 

"Kamu hebat Jo! Kamu sangat berbakat jadi paparazi!" pujinya, setelah melihat hasil kerja remaja milenial itu. Dari beberapa angel, berbagai posisi sang dekan dengan pasangannya sangat jelas terekam di foto-foto itu.

"Paparazi itu apa Tante?"

"Seorang fotograper lepas, yang hasil jepretannya bisa menghasilkan berita heboh."

"Kayak wartawan infotainmen dong!" seru Joy bangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun