Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kontes Nasionalis Religius

15 Maret 2018   15:23 Diperbarui: 15 Maret 2018   16:03 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mata Najwa, foto screenshot Youtube

Semalam di acara Mata Najwa, Cak Imin bilang, kalau Pak Jokowi   salah milih Cawapres Pak Jokowi bakal kalah di pilpres 2019. Cak Imin  menawarkan dirinya sebagai cawapres yang punya modal suara 11 juta.  Bukan cuma suara, label nasionalis religius yang melekat pada Cak Imin  bisa melengkapi Pak Jokowi.

Nggak jelas apakah ini ancaman atau  prediksi, tapi memang rada masuk akal. Sebagai "wakil" dari ormas Islam  terbesar Cak Imin bisa menyumbang suara cukup  besar buat Pak Jokowi. Beda kalau Misalnya Pak Jokowi dengan Ahok. Ahok  nggak nyumbang suara buat Pak Jokowi karena pendukung Pak Jokowi sudah  pasti pendukung Koh Ahok.

Keterus terangan atau lebih tepat kengebetan Cak Imin mau jadi Cawapres  Pak Jokowi itu ujung dari wacana wakil santri untuk Jokowi. Buat melawan  kubu sebelah yang sudah pasti kental aroma agamanya,  calon wakil  Jokowi harus dari santri yang nasionalis. Istilahnya, nasionalis  religius.

Kalau misalnya saya Jokower, wacana cawapres  nasioanalis religius buat pendamping Pak Jokowi, menyinggung perasaan  saya. Kan sama saja menganggap Pak Jokowi nggak religius. Sama saja  dengan mengatakan, Pak Jokowi itu nasionalis leberalis, makanya perlu pendamping yang nasionalis religius.

Kalau misalnya saya Jokower  saya akan bilang begini, memangnya kurang cukup Pak Jokowi selama ini  berusaha mencitrakan dirinya sebagai nasionalis religius? Kurang apa  coba kedekatan Pak Jokowi dengan umat Islam? Berapa kali mengundang para  ulama ke istana? Sering kali menghadiri acara tabligh Akbar, bergandengan tangan --dalam pengertian yang sesungguhnya-- dengan para ulama. Mana ada presiden sebelumnya yang berjalan bergandengan tangan  mesra dengan ulama. Walaupun ulama yang didatangi adalah ulama yang  mendukungnya atau diduga akan mendukungnya pada pencapresan 2019, yang  penting kan judulnya ulama.

Pak Jokowi beberapa kali dipotret dan  divideokan menjadi imam shalat. Bukan cuma di Indonesia, tapi juga di  Afghanistan. Mana ada Presiden sebelumnya kaya gitu.  Walaupun saat  sholat bacaan zaharnampak sekali tajwidnya kacau, tapi coba saya mau  tanya, presiden mana selain Gus Dur yang bacaan tajwidnya bener? Ya,  barangkali  saja ada, mungkin BJ Habibie, tapi kan rakyat belum pernah  mendengar bacaannya. Presiden sebelumnya pernah jadi imam shalat?  Walaupun terkesan maksa, tapi kan yang penting pernah jadi imam shalat.  Kurang religius gimana,coba?

Sudah dibela-belain memakai sarung  ke sana kemari supaya nampak sebagai presiden yang religius, eh  gara-gara ada yang ngebet menjadi cawapres malah melunturkan citra  kereligiusannya. Wacana cawapres Jokowi harus nasionalis religius kan  sama saja mengatakan, Pak Jokowi tidak religius.  Emangnya kalian sangka  beraktivitas mengenakan sarung nggak repot apa?

Untung saya bukan Jokower
Saya Abjer ( baca: abejer)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun