Mohon tunggu...
Balqies SalsabillaMustofa
Balqies SalsabillaMustofa Mohon Tunggu... Fakultas Ilmu Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tokoh Sufi Junaidi Al-Baghdadi

2 April 2022   23:05 Diperbarui: 2 April 2022   23:26 1820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Yang pertama pemikiran Mitsaq, dalam bab ini, Imam Junaidi berpendapat sebelum terbentuknya raga atau jasad manusia, seorang hamba selalu mengalami kebersamaan dengan Tuhan. Jika seorang hamba sudah mampu kembali pada kebradaan primordialnya, maka syahadat bukan lagi penyaksian seorang hamba terhadap Allah, melainkan Allah sendiri yang menyaksikan ke Maha Esaan-Nya yang diperjalankan melalui diri hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah ( Allah menyaksikan bahwasannya tiada Tuhan selain Allah, dan para Malaikat serta orang-orang yang di anugerahinya ilmu juga menyatakan hal yang sama, tidak ada Tuhan yang Maha Perkasa dan Maha bijaksana). dari suasana inilah yang selau diidamkan oleh para sufi, dimana Allah telah mengambil alih dirinya dan hanyut dalam suasana ilahiah. Inilah tahapan terakhir seorang hamba, yakni kembali pada kondisi awalnya, Muhammad Nursamad Kamba menyebutnya dengan kondisi Fitrah

Kondisi pra wujud ini mengalami kemunduran spiritual karena wujud sekunder manusia yang cenderung lebih mengutamakan hasrat-hasrat duniawi. Padahal, kehadiran mereka di dunia ini merupakan satu-satunya penyebab ketidakhadiran mereka di hadapan Allah. Begitu juga sebaliknya, ketidakhadiran mereka di dunia ini merupakan kehadiran mereka di hadapan Allah.

Dengan demikian menurut Imam Junaidi terdapat dua jenis keberadaan hamba: pertama wujud ilahiah yang bersifat abadi dan terjadi sebelum kita bertempat di dunia ini, kedua wujud yang ada di dalam dunia ciptaan ini, yanng bersifat sementara kondisi Mitsaq ini, bukan keadaan yang bisa dicapai oleh manusia tanpa adanya bantuan Tuhan. Akan tetapi, manusia bisa kembali pada kondisi tersebut, semata-mata karena annugerah Tuhan kepada manusia yang Dia pilih.

Pemikiran Imam Juaidi yang kedua yakni tentang Fana atau peleburan Secara etimologi fana`artinya rusak, binasa musnah, dan lenyap. Beranjak dari arti etimologi tersebut ada yang berpendapat bahwa fana secara terminologi berarti lenyapnya sifat-sifat tercela. Abu Nashr As-Sarraj At-Thusi mengatakan bahwa fana berarti manusia sirna terhadap keinginannya sendiri dan kekal dengan kehendak Tuhan. Al-Qusyairi juga mengatakanbahwa fana adalah hilangnya sifat tercela dan aktifnya sifat terpuji. Abu Yazid al-Busthami juga berpendapat fana adalah hilangnya sesuatu selain Allah dari dirinya. Sehingga seorang sufi hanya bertujuan untuk mencapai hakikat Allah. Hal ini akan mengakibatkan peleburan diri. Dengan demikian dapat dikatakan orang yang sudah mengalami kondisi kefanaan, maka akan sirna siat-sifat tercela dalam dirinya dan muncul sifat-sifat yang terpuji. Melihat kedua teori Imam Junaid Al-Baghdadi, baik Mitsaq (perjanjian) maupun Fana (peleburan), keduanya memiliki fokus yang tidak berbeda yakni tauhid.

 Mitsaq dan Fana menggunakan pendekatan yang berbeda dalam meraih tauhid, Mitsaq menjelaskan kembali kondisi primordial hamba, sedangkan Fana menjelaskan metode, pelatihan, dan langkah-langkah menuju kondisi primordial hamba tersebut. Dengan demikian, seorang muwahhid harus menghilangkan sifat kemanusiaan, yang merupakan wujud sekunder, sehingga dia bisa merasakan wujud ilahiyahnya dalam penyatuan dengan Tuhan, yang merupakan wujud primer, walaupun pada dasarnya kedua teori ini saling melengkapi dalam mencapai tauhid

Pemikiran Junaidi yang ketiga yakni Tauhid, Imam Junaid mengatakan, penjelasan yang paling masuk akal tentang tauhid adalah perkataan Abu Bakar, " segala puji bagi Allah yang telah menganugerahi makhluk-Nya ketidakmampuan untuk mempelajari segala sesuatu tentang-Nya, kecuali melalui ketidakberdayaan mereka untuk meraih pengetahuan tentang-Nya. Makna yang sama bisa kita dapat dari penjelasan Imam Junaid yang mengatakan: "Tauhid merupakan realitas yang di dalamnya seluruh jejak menghilang dan seluruh pertanda runtuh, sementara Allah tetap menjadi diri-Nya. Dari dua penjelasan tentang tauhid ini menunjukkan bahwa tauhid berada jauh di luar jangkauan akal manusia. Seseorang yang benar-benar mengalami tauhid ini akan memperoleh pengetahuan bahwa sifat-sifat dan perbuatan-Nya terserap ke dalam Esensi Allah, dan seseorang akan bisa mengalami tauhid semacam ini ketika dirinya sendiri telah terserap dalam Esensi Allah.

Pengaruh Pemikiran Imam Al-Junaidi terhadap Pemikiran Islam

Pemikiran Imam Junaid mengenai tauhid sebagai inti dari ajaran tasawuf memiliki peranan penting dalam dunia pemikiran Islam sesudahnya. Pemikiran ini kemudian mendorong ahli tasawuf dan fiqh tidak lagi bertentangan perihal tauhid. Hal ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya penolakan akan ajaran al-Junaid. Buah pemikiran al-Junaid tersebut mempengaruhi pemikir-pemikir Islam setelahnya untuk tidak lagi memandang ajaran tasawuf sebagai ajaran yang menyimpang dari Islam. Pemikiran tauhid Imam Junaid memiliki peran penting dalam perkembangan pemikiran Islam.

Al-Junaid meghadirkan suatu pembahasan tauhid yang tidak lazim dari pembahasan tauhid yang biasa ditemui dalam pembahasan tauhid di dunia kontemporer. Pada pembahasan tauhid pada umumnya hanya membahas keesaan Tuhan secara rasional, tidak demikian dengan al-Junaid, ia membahas tauhid secara rasional namun juga, tidak mengabaikan sisi kejiwaan dalam menjalani pengalaman dan proses tauhid, serta ujian kehidupan yang menjadi arena pembuktian ketauhidan seseorang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun