Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Sasono Loyo Benjarang?

15 Januari 2022   19:37 Diperbarui: 15 Januari 2022   19:40 5053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa itu Sasono Loyo Benjarang ?

Kata ini saya peroleh lewat jalan spritualitas jalan kaki dari Gua Maria Lawangsih, ke Gua Maria Jatiningsih sejauh 15,4km dalam waktu 4 jam lebih. Ketika dengan lelah jalan kaki turun naik gunung dalam perjalanan sambil membantinkan mengapa "Ada itu Bisa Ada", __... saya menemukan sebuah fenomenologi penampakan Edmund Husserl kata disamping jalan dengan tulisan "Sasono Loyo Benjarang". Kata inilah yang membuat saya merenungkan kemudian menulisnya dalam tulisan di Kompasiana ini;

Apa Itu "Sasono Loyo Benjarang"? Kalau ditilik dari makna sangat mudah arti "Sasono Loyo Benjarang"; adalah tempat pemakaman atau Makam atau Rumah Masa Depan/Tempat Istirahat Hari Esok atau Sasono Loyo Benjarang atau bahasa Belanda "Kerkhof".  Kata penting adalah mbenjang atau Benjarang" adalah "Masa Depan" ; bisa juga dimaknai mencabut, nafas terakhir, mengeluarkan, nafas, dan menerima memberi hadiah/ganjaran,  atau Rest in peace /RIP _ istirahat dalam damai, 

Atau kata metafora indah "Gusti langkung nresnani bapak/ibu ingkang tilar donya. Ndherek belasungkawa, mugi panjenengan sabrayat tansah pinaringan panglipur dening Gusti" (Tuhan lebih mencintai mendiang bapak/ibu yang telah meninggalkan dunia ini. Turut berduka cita, semoga kau dan keluarga mendapatkan penghiburan dari Tuhan). 

Hipotesis pada pengertian kata mbenjang atau Benjarang" tidak bisa dimaknai tunggal karena seluruh kata Jawa minimal memiliki arti Dasa Makna/Nama; atau  satu kata memiliki makna padanan dasa yang berarti sepuluh makna, tergantung konteks yang dimaknai.

Sasono Loyo Benjarang dengan demikian menjadi kata umum umat manusia tidak hanya dalam ruang dan waktu tradisi Jawa, tetapi bisa dimaknai secara lepas menurut makna "Filologi" dan interprestasi Hermeneutisnya;

Sebutlah kata ini dimaknai pada konteks budaya Jawa, maka dapat dipepetkan dengan Dokrin mental Cakra Manggilingan {siklus kehidupan manusia] dari mana dan mau kemana. Ada tiga alam siklus itu yakni alam Purwo/asal usul, alam madyo [dunia dan realitasnya] dan alam Wasono sebagai mana makna kata Sasono Loyo Benjarang atau kembali kepada kematian sebagai telos semua umat manusia;

Jika saya meminjam pemikitan filsuf paling berpengaruh Martin Haidegger  maka makna Sasono Loyo Benjarang adalah Manusia itu ada menuju kematian. Bagi manusia, waktu berakhir dengan kematian kita. Oleh karena itu, jika kita ingin memahami apa artinya menjadi manusia yang otentik, maka penting bagi kita untuk terus-menerus memproyeksikan hidup kita ke cakrawala kematian kita. Inilah yang disebut Heidegger sebagai " Ada Menuju Kematian ". Jika keberadaan kita terbatas, maka kehidupan manusia yang otentik hanya dapat ditemukan dengan menghadapi keterbatasan dan mencoba membuat makna dari fakta kematian kita.

Heidegger menganut pepatah kuno bahwa "berfilsafat adalah belajar bagaimana mati" atau sejajar  dengan makna Sasono Loyo Benjarang atau "Manusia Ada Menuju Kematian";

Kematian adalah hal yang berhubungan dengan mana kita membentuk dan membentuk diri kita sendiri. maka ada empat kriteria Sasono Loyo Benjarang  dengan meminjam konsepsi Heidegger tentang " Ada Menuju Kematian ": itu non-relasional, pasti, tidak terbatas dan tidak boleh dilampaui. Makna Sasono Loyo Benjarang bisa dimetaforakan sebagai mental dokrin siklus ada dan menjadi " Sedulur Papat Lima Pancer " yakni:

Pertama [1]  Sasono Loyo Benjarang  sebagai perjumpaan manusia pada kematian adalah non-relasional dalam arti berdiri sebelum kematian seseorang telah memutuskan semua hubungan dengan orang lain. Kematian tidak dapat dialami melalui kematian orang lain, tetapi hanya melalui hubungan saya dengan kematian saya [manusia otentik].

Kedua [2]  Sasono Loyo Benjarang adalah sifat niscahaya/sudah pasti kita akan mati. Meskipun seseorang mungkin menghindari atau melarikan diri dari kenyataan, tidak ada yang meragukan bahwa kehidupan berakhir dengan kematian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun