Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Riset Fenomenologi?

6 Januari 2022   11:53 Diperbarui: 6 Januari 2022   11:58 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa Riset Fenomenologi?

Sejarah Fenomenologi pertama kali digunakan oleh Johann Heinrich Lambert, kemudian digunakan oleh Immanuel Kant,  Johann Gottlieb Fichte. Dipopulerkan pada tahun 1807 dalam buku Georg Wilhelm Friedrich Hegel Hegel berjudul Phanomenologie des Geistes (biasanya diterjemahkan sebagai Fenomenologi Roh. 

Kata Roh bisa dimaknai  Mental, Jiwa atau Pikiran, Kesadaran, Repleksi). Edmund Husserl (1859-1938) kemudian menyempurnakan maknanya menjadi lebih dari apa yang kita gunakan saat ini. Fenomena hanya dapat dipelajari secara subjektif, tidak secara objektif; jadi fenomenologi adalah sepupu dekat dari eksistensialisme. 

Fenomenologi sebagai Filsafat berkembang dalam 3 tahapan yakni pertama Hermeneutik interpretatif; Fenomenologi Martin Heideggar 1927; kedua adalah Transcendental Phenomenology Edmund Husserl 1920; dan ketiga adalah Existential Phenomenology, oleh Merleau-Ponty, dan Jean-Paul Sartre;

Fenomenologi  Transcendental oleh Edmund  Husserl (1859-1938); Hal ini dapat dicapai melalui reduksi (Epoche), "melampaui" pengalaman untuk menemukan makna atau Fenomenologi menolak positivisme. 

Ada "sikap alami"/ Lived world (keterlibatan kita sehari-hari di dunia) dan "sikap fenomenologis" (tindakan filosofis refleksi murni (di mana kita menangguhkan sikap alami). 

Mengetahui selalu dan hanya melalui keadaan kesadaran murni, pikiran diarahkan ke objek kesadaran yang dapat direfleksikan; Transendental (deskriptif) Fenomenologi Husserl dimana di dalam rentang pengalaman unik, ada kualitas fenomena yang lebih besar, melampaui, esensial dan tidak berubah yang dapat ditemukan!

 Sebaliknya Martin Heidegger (1889-1976) dengan pendekatan Hermeneutic (interpretive) Phenomenology menyebutnya "Being in the world", model Hans-George Gadamer, Paul Ricoeur, tidak setuju dengan zaman Husserl. Upaya untuk "mendalami" pengalaman subjektif dan menemukan sifat objektif dan asli dari segala sesuatu. 

Berfokus pada hubungan antara peristiwa dan orang, dan bagaimana makna terbentuk dalam hubungan itu. Mengarah ke kemungkinan tak terbatas dan interpretasi tak berujung. 

Hubungan kita dengan benda bukanlah hubungan objek/subjek. Alasan Heidegger adalah "Sikap alami" merupakan bagian integral dari mengetahui" atau  "pengurangan tidak mungkin;

 Maurice Merleau-Ponty (1908-1961),  dan Jean-Paul Sartre (1905-1980) dengan pendekatan Existential Phenomenology. Mereka menolak kepercayaan Husserl tentang transendensi dan merangkul pengalaman hidup, yang konkret.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun