Menurut Kant, kita tahu penilaian sintetis apriori semacam itu dari matematika, geometri dan ilmu alam lainnya, tetapi metafisika,  setidaknya menurut tujuannya, tidak terdiri dari apa pun kecuali kalimat apriori sintetik. Jadi Kant sekarang sampai pada pertanyaan inti  KABM atau Kritik Akal Budi Murni: Apa yang tidak diketahui = x, di mana pemahaman bergantung ketika ia percaya untuk menemukan predikat asing yang sama B selain dari konsep A,  mana itu Namun kaitannya dengan itu untuk dipertimbangkan? atau  Bagaimana penilaian sintetis apriori mungkin?.
Pada perjalanannya untuk menyelidiki pertanyaan ini dan untuk membangun sebuah sistem dari semua prinsip akal murni, yaitu filsafat transendentalnya, Kant pada gilirannya bertemu dengan dua suku sensualitas dan pemahaman, melalui yang pertama dari objek mana yang diberikan kepada kita, tetapi dipikirkan melalui yang kedua.  Jika sekarang sensualitas  mengandung representasi apriori, yang merupakan kondisi dari keberadaan objek, maka, menurut Kant, seseorang harus terlebih dahulu semua berurusan dengan ini, karena kondisi, termasuk hanya Objek pengetahuan manusia yang diberikan, lebih diutamakan daripada yang di bawah mereka berpikir.Â
Bagi Kant, dua konstanta dasar dari sensualitas kita adalah ruang dan waktu. Dalam Estetika Transendental  Kant mengabdikan dirinya untuk membahas kedua istilah tersebut dengan cara yang analog. Muncul pertanyaan tentang hakikat ruang dan waktu, yang harus dikejar secara sistematis dalam perjalanan pekerjaan selanjutnya dengan menggunakan contoh waktu. Dalam pengertian Kant, istilah waktu pada awalnya disajikan secara metafisik, yaitu sebagai diberikan apriori, dan kemudian dibahas secara transendental menggunakan contoh perubahan, yaitu disajikan sebagai prinsip kemungkinan pengetahuan sintetis apriori.// bersambung
Â