Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta Abadi

8 April 2021   16:04 Diperbarui: 8 April 2021   16:10 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang dunia yang sunyi itu tampak seperti dinding marmer
Dengan urat-urat salju yang bening dan beku.
Tidak ada kicau burung di sana, tidak
ada jejak kelinci, monyet, dan anjing, domba
Semua ladang kosong sunyi seperti keabadian.

Dan seluruh kawanan ada di kandang panjang.
Kakak beradik itu datang, dengan kerudung menutupi wajah mereka,
Mengikuti semburan napas mereka sambil
membawa ember yang berkilauan satu per satu.

ketika semua datang dengan mata sebersih
langit yang dingin
Dan kapak di bawah lengan mereka,
Masih membayar cinta abadi
Dengan  jari-jari mereka yang berdarah.

Dan kita tidak akan pernah melihat matahari terbenam
Berlama-lama, seperti gema, di atas bukit yang membeku
Lalu tiba-tiba mati satu jam sebelum waktunya.

Ketika, dalam kegelapan, embun beku pecah di jendela
anak-anak terbangun, dan berbisik.
yang satu mengatakan cahaya bulan seperti seluncur es
di seberang sungai yang membeku.
yang lain mendengar cahaya bintang pecah seperti keris di
atas kolam yang sunyi dan terang benderang.
mereka mengatakan pohon-pohon lebih tenang dari pada air yang membeku.
dari menunggu cahaya teriakan, pesan cinta abadi.**

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun