Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apakah Hidup Itu Layak Dijalani atau Absurd?

14 Januari 2021   15:10 Diperbarui: 14 Januari 2021   15:34 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi_2021

Apakah hidup  itu layak dijalani atau absurd?

Pada permulaan filsafat Barat, Aristole mengajarkan  semua manusia ingin mengetahui dan bahwa alam semesta, yang disebutnya kosmos, dapat diketahui. Di atas batu itu, membangun seluruh filsafat dan mendirikan (bersama dengan Platon) tradisi rasionalisme klasik, sebagai batu penjuru seluruh rasionalitas dunia sampai hari ini.

Tetapi hal ini dibantah dengan filsafat pesimisme jika manusia ingin mengetahui makna keberadaan sesungguhnya  hidup di alam semesta tanpa tujuan (atau tujuannya tidak dapat diketahui), apapun adalah absurd.

Albert Camus tentu mengkontemlasikan mitos Yunani Kuna ada tiga tokoh terkenal mitologi Yunani yang dihukum karena dihukum akibat melanggar ketidaksopanan mereka: Sisyphus (yang harus menggulingkan turun naik  batu selamanya ke atas Gunungt), Ixion (yang diikat ke roda yang selalu berputar tanpa ada batas waktu), dan Tantalus (yang tidak pernah bisa memuaskan hidup di air tapi tidak bisa menjangkau minum, dan buah). Atau  ke 4 pada  tragedy "sentuan Midas"  raja mitos Frigia   terkenal karena kemampuannya mengubah apa pun yang disentuhnya menjadi "emas murni:. Sehingga apapun yang disentuh menjadi emas, kuda, bangku, pohon, air, kecapi, buah anggur semua jadi emas.

_____Empat Mitos Yunani Kuna (Sisyphus, Ixion, Tantalus, Midas) adalah tragedy symbol pesan hermeneutika kekinian bahwa manusia secara totalitas pada kehidupan ini adalah Absurd, menderita, kehidupan tanpa makna apapun. Atau apakah mungkin ada makna lain  pada istilah metefora Jawa Kuna adalah istilah "Wong urip iku mung mampir ngombe" (manusia hidup itu hanyalah mampir sebentar  untuk minum di alam madyo____.  

Filsafat tentang absurditas  dibahas oleh 4 tokoh pada tulisan ini Camus, Kierkegaard, dan Nagel, Schopenhauer  (Soren Kierkegaard, Albert Camus, dan Thomas Nagel, Schopenhauer),   tahu cara  memahami absurd manusia.

Bagi Kierkegaard, "kebajikan dari yang absurd" adalah menentang semua alasan dan kewajiban etis yang bertentangan dan bertindak hanya dalam iman. Bagi Camus, "kondisi absurd" adalah konfrontasi antara kebutuhan manusia makna dan ketiadaan makna di dunia. Bagi Nagel,  absurd adalah konfrontasi antara keseriusan hidup manusia dan keraguan yang tak terhindarkan bahwa itu semua sewenang-wenang. Kierkegaard, seseorang adalah ksatria iman atau ksatria pengunduran diri yang tak terbatas. Schopenhauer kehendak alam semesta yang menerabas pada kehidupan manusia sebagai teater hukum universal penderitan dan penderitaan dan kesia-siaan.

Camus, seseorang mengenali absurd dan memeluknya atau mencoba menghindarinya. Nagel, seseorang harus menjalani kehidupan absurdnya dengan perasaan ironi daripada kepahlawanan atau keputusasaan. Bagi Camus menyangkal ada jawaban untuk pertanyaan setiap tujuan ilmiah, teleologis, metafisik, atau ciptaan manusia yang memberikan jawaban yang memadai.

Camus pada The Myth of Sisyphus (1942), dimulai dengan menanyakan apa yang di sebut satu-satunya pertanyaan filosofis yang serius: apakah bunuh diri dibenarkan? Dia melanjutkan dengan menegaskan absurditas kehidupan manusia. Keyakinan Hegel bahwa sejarah memiliki tujuan telah dibantah oleh sejarah abad ke-20, rutinitas kehidupan sehari-hari sia-sia, motif manusia tidak dapat dipahami, dan kematian tidak ada gunanya. Sebaliknya, ia memetakan jalan keluar dari keputusasaan, menegaskan kembali nilai keberadaan pribadi dan kemungkinan hidup yang dijalani dengan martabat dan keaslian.  Sisyphus yang mistis dikutuk oleh para dewa dengan nasib yang sulit dan sia-sia.

_____Kata  Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia. Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari? Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada. Matahari terbit , matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali. Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali. Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu. Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat,  telinga tidak puas mendengar.____

                Secara  imajinatif menggambarkan upaya keras Sisyphus untuk mendorong batu ke atas bukit, mengatakan bahwa momen tepat setelah batu berguling kembali ke lereng, dan menamakannya "jam kesadaran": saat berada "lebih tinggi dari takdirnya."Tidak ada matahari tanpa bayangan, untuk mengetahui malam", yang mungkin menyiratkan sangat penting untuk menerima penderitaan yang irasional, tidak masuk akal, sebagai bagian dari pengalaman manusia. Sisyphus "mengajarkan kesetiaan yang lebih tinggi meniadakan para dewa dan mengangkat batu," akhirnya Sisyphus, Ixion dan Tantalus, Midas pun bahagia". Apakah kita demikian?

Mengingat nasib sulit telah menghukumnya, bagaimana seseorang menjelaskan perspektif yang tidak sesuai ini? Bagaimana Sisyphus bisa bahagia, mengingat keadaannya yang berat? Bagaimana seseorang bisa bersukacita dalam siksaan? Bisakah seseorang menerima hal yang absurd?

Camus menyarankan manusia mencari kejelasan di alam semesta; jika dia menyadari "bahwa alam semesta seperti dia dapat mencintai dan menderita, akan berdamai", hanya untuk menyatakan bahwa manusia menolak kejelasan ini dan malah merasa terasing. Dia lebih jauh mengamati, "Pada titik ini usahanya manusia berdiri berhadapan dengan irasional. Yang absurd lahir dari konfrontasi antara kebutuhan manusia dan keheningan dunia yang tidak masuk akal.

Camus filsuf eksistensial mencoba merasionalisasi irasional, mengklaim "dalam alam semesta tertutup yang terbatas pada manusia, mereka mendewakan apa yang menghancurkan mereka, dan menemukan alasan untuk berharap pada apa yang memiskinkan mereka" dan menunjukkan absurd digantikan atas nama  Tuhan. Absurdisme muncul dari ketegangan antara keinginan manusia untuk keteraturan, makna dan kebahagiaan dan, di sisi lain, penolakan alam semesta yang acuh tak acuh untuk menyediakan itu.

Camus mengajukan pertanyaan filosofis mendasar: apakah hidup layak dijalani? Apakah bunuh diri merupakan respons yang sah jika hidup tidak berarti? Dia membandingkan kerinduan umat manusia keteraturan dan makna dengan pahlawan mitologi Yunani Sisyphus, yang dikutuk selamanya oleh para dewa untuk menggulingkan batu ke atas gunung, hanya untuk membuatnya jatuh ke dasar.

Seperti Sisyphus, kami terus bertanya tentang makna hidup, hanya untuk menemukan jawaban kami jatuh kembali. Filsuf menegaskan manusia harus merangkul absurditas keberadaan manusia dan mengambil tujuan untuk menciptakan nilai dan makna. Upaya dan ketahanan - bukan bunuh diri dan putus asa adalah respons yang tepat. Camus berpendapat Sisyphus bahagia dan manusia harus meniru ketangguhannya. Pahlawan Yunani terpuji karena dia menerima kesia-siaan dari tugasnya, dan bukannya menyerah atau bunuh diri, dia telah melampaui takdirnya dengan pilihan yang disengaja dan bekerja keras, dia telah bangkit di atas takdirnya dengan pilihan dan kerja keras yang disengaja.

 Pertanyaan apakah hidup itu layak dijalani terutama penting karena konsistensi dalam menjawabnya. Atau, sebaliknya, ada pandangan yang berlawanan tentang ketidakkonsistenan melanjutkan hidup tidak layak untuk dijalani. Pengamatan para filsuf dan pemikir lain, seperti Nietzsche mengasumsi bahwa dunia ini tidak masuk akal. Jadi, bukan hanya bukti yang absurd tapi konsekuensinya yang menjadi isi mitos Sisyphus, Ixion dan Tantalus, Midas. Secara khusus 4 tokoh ini  merupakan konsekuensi bagi kehidupan individu secara nyata didunia ini.

Pernyataan singkat sebagai repleksi tulisan ini harus menjadi titik awal untuk membahas kemungkinan orang-orang di dunia ini adalah absurd dan sulit menyangkal kesia-siaan akhir dari semua hal dan perbuatan, bahkan menjalani hidup sekaya, memiliki reputasi sebaiik mungkin. Apakah kita adalah bagian dari  Sisyphus, Ixion dan Tantalus, Midas?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun