Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sadulur Papat Lima Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa, Bagian 1)

15 November 2020   23:42 Diperbarui: 29 Januari 2023   18:22 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sedulur Papat Limo Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa I)

Sedulur Papat Limo Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa I)

Tulisan ini adalah kajian hermeneutika dan semiotika pada kemungkinan memahami Kajian Filsafat Roh  dan filsafat sejarah sebagai trans substansi makna lain pemikiran Hegelian. Kajian Filsafat Roh Jawa dimaksudkan adalaha kajian  yang sederhana sekaligus rumit.

Suatu pemahaman pada 'Sedulur Papat Limo Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa) adalah tidak ada makna tunggal dan bersifat finalitas, dia terus berkembang dalam ruang dan waktu yang bisa saja mengalami makna semiotika hermeneutika yang berbeda-beda makna. Jawa Kuna menyebutnya sebagai dasanama artinya sepuluh nama cara memahami sesuatu artinya tidak ada tidak ada pengertian tunggal.

Contoh kata "Hong" secara semiotika Ontologi Kejawen bisa berarti Tuhan, Timur, Asal Usul, Permulaan, nafsu supiah,  warna putih, dan seterusnya; Saya kira apa yang dikatakan pada pemahaman ini mungkin mengalami kesesuaian dengan apa yang dikatakan Friedrich Nietzsche (system dialektika roh Dionysian Vs Apollonian) bahwa ide fixed atau menyatakan sesuatu secara tunggal adalah sebuah bentuk kekerasan; tidak ada yang disebut makna tunggal atau ide fixed; semua bisa berubah dan bisa menjadi yang abadi adalah perubahan itu sendiri; atau Jawa Kuna kemudian menyebut sebagai bentuk "papan, empan, adepan"; atau jika lebih subtil semua hal bersifat dialektika tidak ada yang disebut absolud; semua hal didunia ini adalah bersifat "persepsi" dan cara sudut pandang (world view)

Memahami Sedulur Papat Limo Pancer adalah integrasi pada proses belajar sehingga menjadi terbentuk menjadi terpelajar/ terdidik, usia dewasa, mental baik, kita tidak picik mau belajar banyak, menerima perbedaan, sebagai hasil pengalaman Hermenutika, jadi tidak mungkin picik;

Demikian halnya cara memahami episteme 'Sedulur Papat Limo Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa), dipahami pada banyak makna, banyak arti, dan seterusnya. Jawa Kuna menyebut Hasto artinya 8 dan Broto artinya perilakul, kemudian Aristotle membuat 1 substansi 9 kategori maka ada kecocokan filsafat Yunani Kuna dengan Jawa Kuna sama-sama tidak mungkin memahami pada artian sempit, picik, dan gegabah; tetapi akhirnya baik Kejawen (Jawi), dan Yunani Kuna Plato/Platon sama memiliki pemahaman tentang mata jiwa atau batin adalah cara memahami yang bersifat meta atau beyond; 

Dengan demikian maka implikasi makna Sedulur Papat Limo Pancer  secara hermeneutika mengisyaratkan sifat beyond atau meta ini saya terjemah sebagai tujuan atau telos pada dokrin utama Konsep Tuhan Maha Esa {"Tan Keno Kinoyo Opo"};

Tetapi hal ini bisa di diskusikan (sebagai wacana), bahwa seluruh isi alam semesta dengan unsur energy yang membentuknya pada awalnya mengalami dua hal yang disebut "Kosmos atau keteraturan, dan "Chaos" (yang berlawananan dengan tatanan) tidak mampu ditundukkan pada hukum atau bersifat paradoks;

 Dengan "Kosmos  Vs  "Chaos ini memungkinkan apa yang dikatakan Hegel, Roh membelah diri menjadi yang lain atau keluar dari entitasnya menjadi yang lain; dia tidak stabil, maka ada tesis, anti tesis, dan sintesis, tetapi diakhir sejarah akan ada rekonsiliasi kebahagian bersama-sama.  Oleh Marx  disebut "dialektika material" dikembangkan dengan Rasio Instrumental model Max Weber;

Metafora Dilthey menyebutnya sebagai Ausdruck, (ungkapan/expresi) bukan ungkapan perasaan tetapi ungkapan dari roh objektif (dari Hegel) Allah adalah dunia ini sendiri kemudian menjewantah kesepian (tidak ada dualitas pencipta dan ciptaan) sebagai satu entitas.

Perlu sadar diri, maka perlu membedakan dengan diri. Allah (realitas) kesepian tidak  kenal diri, gak happy sebagai Tuhan, maka Tuhan membentuk atau membelah diri atau mengasingkan diri Ke ALAM (Tuhan mengasingkan diri), lalu di akhir dunia kembali lagi nanti lebih matang, inilah disebut perjalanan sejarah;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun