Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mitos Yunani Kuna Tragedi Medusa dan Perseus

20 Januari 2020   15:20 Diperbarui: 20 Januari 2020   15:27 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu ngarai tertidur, Perseus menempatkan perisai bersinar di posisi strategis sehingga wajah Medusa akan tercermin di dalamnya. Dengan begitu, dia bisa menghindari menatap wajahnya. Begitu dia muncul, dia meraih sabitnya dan memotong kepalanya dengan satu potongan. Kuda Pegasus dan Crisaor raksasa keluar dari tubuhnya . Mereka adalah anak-anak yang dia lahirkan.

Mitos Medusa dan Perseus  pahlawan muda menggunakan kepala Medusa untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Anehnya, dan terlepas dari segalanya, kepalanya tidak kehilangan kekuatannya sama sekali. Dia meletakkannya di kantong pelana yang dibawanya dan, berkat itu, dia bisa menghadapi monster dan musuh. Dia hanya mengeluarkan tengkorak Medusa untuk mengubah siapa pun yang melihatnya menjadi batu.

Dikatakan   mitos Medusa dan Perseus terkait dengan seni secara simbolis. Secara khusus, perisai Perseus mewakili cara untuk menghadapi horor secara tidak langsung, yang pada dasarnya adalah apa yang dilakukan seni: itu tercermin. Itu memungkinkan kita untuk melihat kengerian di mata, namun, pada saat yang sama, itu mencegahnya melumpuhkan kita.

Demikian, kepala Medusa menjadi senjata utama Perseus. Ini, bisa dilihat secara hermeneutika dan simbolis. Ini dengan seni yang kita kelola untuk menghadapi kejahatan dan musuh internal  di dalam diri sendiri. 

Kepala Medusa menjadi kemampuan pengelolaan fakultas akal budi, dan kesan indrawi untuk menghasikkan berbagai karya, hasil, produk penciptaan menjadi emansipasi umat manusia yang universal.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun