Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Mengapa Saat Hubungan Seks Keluar Air?

14 Desember 2019   00:03 Diperbarui: 17 Desember 2019   20:22 9309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixy.org/tara halstead

Ada dua wangsa yang memerintah (wangsa) dan memelihara yakni Wangsa Air, dan Wangsa Tanah. Dua wangsa ini dalam wujud nyata menjadi dibekukan oleh manusia dalam kebudayaan sebagai tatanan (order) menjadi pusat wangsa disebut "ibu" dan "kota" atau ibu kota, sehingga memunculkan kebudayaan, etika Jawa, dan etika peradaban manusia universal Tanah Air Indonesia;

Materi dan kesadaran intrumentalisasi alam kepada diri manusia ini disebut sebagai {Manunggal; penyatuan diri manusia] kemudian dilakukan Transubstansi "Mataram Kuna" sebenarnya berarti "kebudayaan" dikaitkan dengan semua keputusan tindakan (etika) harus memiliki pendasaran jiwa rasional pada "fakultas akal, budi manusia".

Kata sifat {Manunggal; penyatuan diri manusia] ini kemudian ditiru [mimesis] oleh manusia dalam bentuk hubungan seks antara pria dan wantia dalam kebudayaan, dimana Seks yang dianggap sesuai adalah malam hari antara jam 00 sampai jam 03.00 subuh, dan bukan siang hari; karena meniru tanda alam, menimbulkan sejarah tradisi apa yang disebut tanda dan sarana perjumpaan sesuatu yang indah, baik, berguna, dan mengacu pada kemenjadian dalam Weton Jawa Kuna [pahing, wage, kliwon, legi, pon] kemudian menciptakan apa yang disebut mutu manusia takdir manusia, dan berjalannya reinkarnasi, atau kekembalian hal yang sama secara abadi; sebagimana metafora korelasi bumi, dan langit, dihubungkan dalam embun menjadi sperma kemenjadian alam makro kosmos;

Diskursus Mengapa Saat Hubungan Seks Keluar Air, dapat digeser secara rerangka {"Manunggal"] atau menyatunya, kemudian menjadi atau Semacam filsafat Gadamer pada apa yang disebut Bildung ["membangun kehidupan"].

Tetapi, sebelum itu, boleh ada dan terjadi maka alam semesta memberikan dokrin symbol-simbol pada peristiwa lain pada air hujan turun dari atas (langit) memberitahukan sebelum airnya turun ke tanah atau bumi. 

Air sebelum turun izin atau pamit dengan simbol petir [wangsa api], angin [wangsa angin], guntur geledek [suara tanpa rupa].

Maka, sifat air adalah sikap tindakan membutuhkan restu izin dalam etika kerja, cita-cita dan tindakan. Maknanya izin disini bisa macam-macam izin (restu), dari semua aspek rasional jiwa berkeutamaan. 

Jadi etika justru muncul disini dimana tindakan seks atau Hubungan Seks Keluar Air tidak boleh sembarangan dilakukan, dua manusia ini harus diberikan izin oleh apa yang disebut izin pada masyarakat berupa upacara manten [atau nikah dulu] baru boleh berhubungan badan [air resmi seperma yang legal formal].

Dan persis di sini apa yang disebut air kehidupan {Indonesia lama} semacam metafora Air Purwita Sari, karena kehidupan yang baik harus sesuai dengan kaidah tata karma 3 dimensi keutamaan manusia: Papan, Empan, Andepan tanda berbudi luhur manusia;

Wajar jika kemudian Filsuf Nietzsche menyatakan "kekembalian hal yang sama secara abadi" atau air adalah kekal bersiklus dalam mikrokosmos, dengan meniru gerak alam [makrokosmos] dalam harmoni gerak ruang dan waktu.

Maka, trans-substansi Mengapa Saat Hubungan Seks Keluar Air [cairan] adalah idedentik dengan makna yang sejajar pada moral sebagai seni [meniru tindakan] atau "tidak boleh lupa kewajiban" semacam etika deontologis Kant, bersifat mutlak tanpa syarat [kategoris imperative Kant].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun