Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Gunung Ranti Ijen Terbakar Malam Pelantikan Presiden?

20 Oktober 2019   12:26 Diperbarui: 20 Oktober 2019   12:39 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berita saya kutip dari Detiknews., 2019/10/20 01:04:16 WIB dengan judul tema "Kebakaran di Gunung Ranti Meluas, Polisi Evakuasi Warga di Kawah Ijen"]. Banyuwangi - Kebakaran Gunung Ranti Banyuwangi hingga saat ini tak juga padam. Berdasarkan pantauan di lapangan, api semakin membesar hingga merangsek ke sisi bagian timur Gunung Ranti.  "Kita menerima laporan sore hari terjadi kebakaran. Kita cek lokasi dulu persisnya di mana. Apakah masuk wilayah Bondowoso atau Banyuwangi. Ini lumayan (besar) ya kondisinya. Sampai menutup jalan beberapa. Pohon juga ada yang tumbang," kata Kapolres Banyuwangi, AKBP Taufik HZ kepada detikcom, di Kawasan Wisata Gantasan Lereng Gunung Ijen, Sabtu malam (19/10/2019).

Terkait rencana parade Merah Putih dengan membentangkan Bendera Merah Putih raksasa Minggu, (20/10/2019), kata Taufik, pihaknya saat ini lebih memprioritaskan keselamatan warga.  "Itu (Parade Merah Putih) tidak menjadi prioritas. Sekarang kita prioritaskan dulu keselamatan warga," imbuhnya.

Akhirnya tanda atau semiotika, atau symbol alam semesta itu datang malam ini sebagai pertanda. Lalu pertanyaannya mengapa Gunung Ranti, Ijen Terbakar Malam Pelantikan Presiden. Apalagi ada symbol lain secara bersamaan dengan rencana sebanyak 2.400 warga dari 4 Kabupaten di Wilayah Tapal Kuda rencananya akan menggelar Parade Merah Putih di puncak Gunung Ijen, Minggu (20/10) besok. Namun, pada Sabtu (19/10) sore terjadi kebakaran di Gunung Ranti yang tepat bersebelahan dengan Gunung Ijen.

Tidak susah memahami dan melakukan trans substansi maka pada Gunung Ranti, Ijen Terbakar Malam Pelantikan Presiden, dan Bendera Merah Putih raksasa.

Supaya ada pendasaran logis, dan tidak semata-mata salah paham maka tulisan ini memiliki pendasaran seperti cara interprestasi hermeneutika  Rudolf Karl Bultmann (1884- 1976) dengan kerangka  "demitologisasi" dan "analisis eksistensial" dari filsuf Heidegger. Terbakarnya gunung Ranti Ijen adalah bersifat VERSTEHEN sebagai bentuk artikulasi  dilakukan alam  tanpa kesadaran, tapi geraknya  paham, sejajar dengan manusia bisa memahaminya dengan hati, mata paham, kuping paham, mulut paham, semua spontan kejadian ini semua sebagai gambaran fakta masa depan; Maka semua dunia dan manusia sebagai wujud adalah  peleburan fusi horizon membentuk pemahaman;

Demikian juga hubungan antara Gunung Ranti dan Ijen terbakar malam pelantikan Presiden adalah dapat dimaknai melali kemampun interprestasi Mitos (metode tafsir makna di balik itu semua dan penadasarannya cara memahami dunia), kerena semua mitos di buat secara sains, muncullah ilmu sejarah. Bultmann menyatakan maka baik ilmu dan mitos   merupakan cerita yang tidak membedakan fakta dari yang bukan fakta dalam isinya, dan yang berasal dari suatu jaman pra-ilmiah. Tujuan mitos untuk menyatakan pengertian manusia tentang dirinya sendiri, bukan untuk menyajikan gambaran obyektif tentang dunia.

Dengan dasar rerangka Bultmann maka Mengapa Gunung Ranti Ijen Terbakar Malam Pelantikan Presiden memungkinkan diberikan pengertian. Adapaun pengertiannya memiliki beberapa kemungkinan diantaranya adalah:

Ke [1] Makna symbol Gunung Ranti Ijen terbakar adalah lembut dan kesederhaaan [dari morofologi kata Ranti]. Maka ada tantangan hilangnya [terbakar] kesederhanan membangkitkan pemikiran dan memberi energi sebagian adalah seruan untuk menjalani kehidupan yang seimbang tanpa pengejaran uang yang tak berkesudahan, sebagian berupa homili terhadap keserakahan material dan sebagian cetak biru ekonomi utopis untuk menata ulang masyarakat. "Kesederhanaan anggun," dalam definisinya, tidak hanya berarti mengurangi konsumsi dan mengurangi kerja, tetapi menyiratkan penanaman kegiatan yang berarti, apresiasi estetika, ikatan keluarga dan persahabatan. Maka problem utama pada 2019-2024 adalah krisis ekonomi kompleksitas dan laju kehidupan  yang berakar pada kapitalisme. 

Nampaknya pemerintah mengalami gangguan dan kurang atau tidak mampu menciptakan kesederhaan dalam hal apapun. Pada sisi lain terbakarnya Gunung Ijen Ranti adalah symbol perwakilan alam dengan metafora Hidup sederhana  sebuah bangsa Indonesia, mencakup sejumlah praktik sukarela yang berbeda untuk menyederhanakan gaya hidup warga negara. Ini dapat mencakup, misalnya, mengurangi kepemilikan seseorang , umumnya disebut meningkatkan kemandirian. Hidup sederhana dapat ditandai dengan individu yang puas dengan apa yang mereka miliki daripada inginkan. Gunung Ijen dan Ranti mirip apa yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi manusia memintal benang pada tahun 1942. Gandhi percaya pada kehidupan kesederhanaan, dan kemandirian menciptakan kebahagian manusia.

Bapak Presiden adalah symbol kesederhaaan, tetapi dalam tindakan dan kerja beliau membangun Indonesia justru berlawanan atau kurang cermat pada beberapa aspek. Bapak Presiden harusnya memilik opsi 2, atau 3 apa yang disebut membangun Indonesia dengan menciptakan masyarakat Indonesia memilih hidup sederhana seperti kerohanian , kesehatan , peningkatan waktu berkualitas untuk keluarga dan teman, keseimbangan kerja-hidup, selera pribadi, keberlanjutan finansial, berhemat, atau mengurangi stres warga negara.

Hidup sederhana bisa menjadi reaksi terhadap materialisme dan konsumsi yang dalam tatanan kapitalisme. Terbakarnya Gunung Ranti Ijen adalah protes alam kepada bapak Presiden pada bahasa alam dengan harapan 2019-2024 tujuan sosial-politik yang selaras dengan gerakan lingkungan, anti-konsumen atau anti-perang, termasuk konservasi, pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan resistensi pajak. Maka wajar tokoh filsafat  Diogenes,  tokoh utama dalam filsafat Sinisme Yunani kuno, mengklaim bahwa kehidupan sederhana diperlukan untuk kebajikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun