Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pertama Kalinya dalam Sejarah Dayak Demo di Depan Istana Negara [3]

7 September 2019   00:25 Diperbarui: 7 September 2019   00:27 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama Kalinya Dalam Sejarah Dayak Demo di Depan Istana Negara [3] Selesai

Maka pada kondisi ini sesungguhnya Demo didepan Istana adalah Wacana aforistik bukanlah wacana argumentatif. Seperti petir yang tidak memberi penjelasan apa pun pada kereta api, sebuah pepatah yang baik adalah pernyataan yang tanpa alasan. Dan perisis dalam situasi ini ia dapat dipahami sebagai kehadiran daya purba yang bersifat latent tersembunyi;

Jika hidup ini sepenuhnya memuaskan, kita tidak akan mencari keselamatan darinya. Justru karena   bernilai negative; dayak mencari keselamatan dalam berbagai cara   mencari keselamatan melalui praktik austerit, pengorbanan, perbuatan baik, doa, meditasi, dan sebagainya.

Kehidupan  ini ditandai oleh penyakit, usia tua, kelemahan fisik, dan mental yang mengerikan dan penderitaan, keserakahan, khayalan, ketidaktahuan, perang, kebodohan, penyiksaan, kematian sampai mengarahkan kita pada nirwana, moksha, kehidupan abadi. Apa yang mendorong para Kaharingan Dayak adalah kesadaran bahwa pada akhirnya hidup ini tidak memiliki apa-apa untuk ditawarkan yang dapat benar-benar memuaskan kita.

Kahadiran Demo Dayak di Depan Istana adalah daya tarik ke dunia di balik layar fenomenal, dunia sejati yang cahaya kengeriannya ditebus oleh dunia ini. Tanpa daya tarik itu, dunia ini jelas bernilai negative dan membutuhkan penebusan;

Pada tulisan ke [3] ini adalah tulisan terakhir pada pada tema  "Pertama Kalinya Dalam Sejarah Dayak Demo di Depan Istana Negara". Sengaja saya menunda  menunggu sampai [7] hari sebagai pengendapan evaluasi proses aksi reaksi dalam tetanan metafisik.  Demo didepan Istana Negara dilakukan pada tanggal 29 Agustus 2019  berlangsung sejak pukul 08.30 sampai 15.00 WIB tepat ditaman aspirasi tiga dimensi atau taman pandang Istana Negara Jakarta Pusat.

Diskursus ini adalah  menguraikan segi magi sebelum dilakukan demo, saat dilakukan demo,  dan setelah demo dengan rentang waktu [7] hari pada sisi metafisik   Dayak  Borneo.

Mengapa [7] hari baru diturunkan tulisan bersambung ini. Karena semua usia, semua kondisi, kematian, kelahiran, penderitaan, kehilangan, kebahagian, dan segala hal ikwal manusia dari A sampai Z ada dalam siklus 7 hari. Bahkan usia manusia juga ada alah 7 hari. Mereka lahir dan mati dalam 7 hari mulai kamis, jumat, sabtu, minggu, senen, selasa, dan rabu, kemudian berputar kembali sebagaimana reinkarnasi  atau pengulangan semua hal. Maka being, and becoming ada dalam angka 7, maka angka ini adalah angka yang dianggap pantang dalam dokrin dayak Kaharingan;

Apakah ada keterlibatan aspek mistik pada saat demo dilakukan. Untuk memperoleh pemahaman yang memadai, maka saya terlebih dahulu memaparkan pemahaman apa itu aspek mistik [metafisik] dalam bentuk sosiologis Dayak Borneo;

Jika membahas Dayak Borneo secara unik tidak mungkin lepas dari "Partisipasi Kosmis"  atau keintiman akses pada alam metafisik sebagai dokrin "self regulation system" yang inheren dalam diri mereka. Secara umum dogma "Partisipasi Kosmis"  didasarkan pada kepekaan   pada sugesti diri dengan keintiman pada hal yang disebut sakral. 

Maka nilai solidaritas "Partisipasi Kosmis"   adalah mirip meja atau kursi dicat, tidak tampak dari luar  namun ada daya purba lain yang bekerja, bahkan bisa mencapai kejutan apa yang disebut melampuai rasional irasional. Arinya kehidupan Dayak Borneo tanpa "Partisipasi Kosmis"  adalah tidak mungkin. Disamping itu hakekat magis mistis  upaya membedakan sebagai symbol perlawanan untuk membuang sesuatu yang salah.

Tatanan tipikasi magis mistis  adalah wujud stuktur kesadaran di organisasikan [dirancang] kemudian dikerjakan [kata kerja] pada masyarakat sehingga memunculkan aspek menonjol berupa  credeo [percaya] sebagai suatu solusi yang bersifat niscaya dalam semua siklus kehidupan.

"Partisipasi Kosmis"  adalah melebarnya ekspansi ego sehingga tidak memiliki ketakutan atau disebut hipertropi melalui pengorbanan persembahan Kaharingan sebagai kepakuman irasional untuk mencari sesuatu layak dikejar. Maka irasional adalah layak diperoleh dimiliki dalam solidaritas karena hidup itu tidak akan sehat jika hanya memakai rasional.

Dengan demikian simpulannya adalah "Partisipasi Kosmis"  wujud energi kolektif sebagai system social masyarakat Dayak Borneo, dan menghasilkan kebebasan yang mematikan. Seperti   metafora manusia pakai kacamata tetapi tidak sadar pakai kacamata, atau bawa kepala tiap hari tetapi tidak sadar punya kepala.

Maka kehadiran "Partisipasi Kosmis";  menghasilkan akses pada yang abadi tak berwaktu pada kehidupan, leluhur dalam relasi keintiman.  Filsafat menyebutnya sebagai manusia, dan non manusia tanpa tembok pembatas dan pada titik inilah kolektivitas solidaritas menjadi menyatu tanpa batasan waktu, melalui basis empiric sejarah Dayak Borneo.

Batas ini dileburkan dalam dialektika pada  fusi antara narasi kata-kata manusia [patrap atah hiyang], dengan kebungkaman menghasilkan sintesis eksitensial manusia yang tidak bisa dijinakkan hasil loyalitas berkerjanya kekuatan non verbal.

Output "Partisipasi Kosmis"   adalah sebuah organisasi   bersifat lembut kedalam, tetapi keras keluar, melalui teks sakral [hiyang] bersifat final mengikat dan siap pakai. Dan yang bertanggungjawab pada akibat adalah wadian Kaharingan, penghulu, dan akhli metafisik yang diberikan bakat oleh alam sejak lahir.

Dengan memahami episteme "Partisipasi Kosmis",  demo Dayak Borneo adalah akibat kurang atau belumnya didengar oleh Negara sebagai bentuk antithesis atau resistensi kecurigaan hasil isolasi demokrasi untuk mencari perspektif baru. Maka Dayak Borneo sebenarnya tidak punya tradisi disebut demo-demo.  Tidak ada itu demo dalam sejarah Dayak, tetapi mengapa demo tanggal 29 Agustus 2019 itu dilakukan.

Karena mengalami pembengkakan pada hegemoni demokrasi Indonesia, dimana Idiologi Dayak selama ini belum dilibatkan dalam aspek social politik pemerintahan dan kebudayaan, maka persepsi semacam ini ingin ditampilkan; bahwa Idiologi Dayak bukan sesuatu yang kosong.

Kontestasi dayak depan Istana adalah  menyangkut distribusi risiko dan semacam  bentuk pasar kekerasan atau problem survive. Misalnya bentuk pasar kekerasan demokrasi  [a]   jabatan public negara berhubungan dengan membuat keputuasan; [b] bentuk kekuatan berhubungan upaya paksa; [c] wewenang berhubungan dengan hak untuk dipatuhi; [d] kekerasan adalah menghancurkan objek tunggal [hegemoni]. Akhirnya  Kontestasi dayak depan Istana membuat peluang bagi Negara membuat pilihan apakah menjadi warga Negara sebagai  manusia jinak atau sebaliknya;

Situasi di dunia ini hanyalah kekuatan dan kebrutalan di bagian bawah sadar. Pada sisi lain Negara secara tidak langsung selama 74 tahun telah mendidik kami menjadi mengambil sikap bahwa tidak  ada kebenaran 'dalam dirinya sendiri'; yang ada hanyalah berbagai interpretasi dari berbagai perspektif individu dan kelompok untuk memperoleh kekuasaan, jabatan, dan uang.

Konstelasi esensi dunia bukanlah alasan atau ketertiban, tetapi kehendak buta, kehendak tak sadar untuk berkuasa yang mererabas dalam debu kosmins metafisis.

Bagi Dayak Borneo ada suatu Ordo Tak Terlihat yang kekal pada intinya, tetapi sebaliknya, sumber dari semua kejelasan, realitas, dan nilai,   kebaikan tertinggi, dari perjuangan manusia; dan itulah tampakkan sisi lain bersifat hipersemiotika kedalaman demo depan istana negara; "Pertanyaan terakhir adalah bagimana phenomenology roh pada Sejarah Dayak Demo di Depan Istana Negara?";

[1] Pada tanggal 28 Agustus 2019 pada weton Rabu  Kliwon sehari sebelum demo, maka semua peserta dari 5 provinsi berkumpul di Taman Mini Indonesia Indah Anjungan Kalimantan Barat. Padahal rencana awal adalah Anjungan Kalimantan Tengah. Demo didepan Istana Negara dilakukan pada tanggal 29 Agustus 2019 atau Kamis dengan berangkat dari Anjungan TMII Kalbar dengan dua Bus. Waktu Demo jam 09.00 sampai jam 15 WIB.

Mengapa pusat persiapan demo Dayak anjungan TMII Kalbar yang di pilih 29 Agustus 2019. Tidak ada yang boleh saya tuliskan, namun saya memberi pola dan konsistensi bahwa 7 hari [seminggu] sejak dilakukan demo didepan Istana Negara, yakni Kamis atau tanggal 05 Septembar 2019; bapak Presiden Berkunjung Ke Kalbar. Dan menggunakan jam kerja yang sama seusai jadwal demo satu minggu sebelumnya. Kemudian pada kunjungan kenegaran tersebut bapak presiden juga menyerahkan dua [2] SK Hutan Adat di Kabupaten Landak Kalbar.

Apakah ini tana kerja alam metafisik pada Rumah Panjang Dayak (Rumah Benteng) dimana ada tujuh [7] burung pertanda di bawah pimpinan Sengalang Burong bernama Tansang Kenyalang (Tempat Tinggal Burung Rangkong), yaitu Ketupong sebagai yang pertama di perintah, Beragai, Pangkas di sebelah kanan ruang keluarga Sengalang Burong sementara Bejampong kedua dalam komando, Embuas,  Kelabu Papau dan Nendak  di sisi kiri. Panggilan dan penerbangan burung pertanda bersama dengan keadaan dan status social budaya dayak.

Namun juga perlu dibatinkan adalah mengapa ada 2 [dua] kali kunjungan kerja ke Kalbar, dua kali juga terjadi mobil Kepresidenan Mogok.  Pertama mogok tanggal 18 Maret 2017 lalu setelah kunjungan kerja di Kabupaten Mempawah Kalbar, dan 05 Septembar 2019 pada satu minggu setelah demo Dayak Borneo di depan Istana.

Pada titik ini sayapun tidak berani menulis, menghindari salah paham, tetapi akal sehat mungkin kurang memadai memahaminya dengan segala paradox. Metafora nilai dibalik layar pada mogoknya dua kali mobil Kepresidenan di Kalbar ini bisa ditafsir dengan validitas tinggi pada filsafat Hegel, phenomenology roh, dan kemudian rerangka filsuf fenomenologis: Husserl, Martin Heidegger , Jean-Paul Sartre , Maurice Merleau-Ponty , Hans George Gadamer dan Jacques Derrida , bisa menjawabnya. 

Kesamaan ruang, dan waktu; pada mogoknya mobil Kepresidenan dua kali di Kalbar, dan pusat persiapan Demo Dayak di Anjungan Kalbar, dan 1 minggu setelah demo Presiden datang ke Kalbar adalah wujud fenomenologi kesadaran-waktu memberikan kontribusi penting pada masalah-masalah filosofis seperti persepsi , ingatan, harapan, imajinasi,  pembiasaan, kesadaran diri, identitas diri dari waktu ke waktu.

Pada 4 kondisi ini adalah modus intensionalitas ini, kesadaran waktu dapat dianggap sebagai yang sentral untuk memahami karakter yang disengaja dan melampaui kesadaran. Dengan demikian alasan mobil tua secara berturut-turut dua kali mogok di Provinsi yang sama  adalah tidak cukup alasan logis, karena  fenomenologi menjadi deskripsi diri terkenal sebagai "ilmu tanpa pressuposisi";

Artinya 4 kondisi adalah  fenomenologi waktu alami bersamaan 4 kondisi ini dianggap sebagai entitas metafisik dan waktu dunia ilmiah yang dianggap sebagai konstruk kuantitatif yang tersedia untuk observasi dan diperlukan untuk perhitungan saling berdialektika. Sedangkan waktu sebagai serangkaian momen sekarang, masa lalu, dan masa depan yang dianggap sebagai "benda,". Wadah untuk "benda," atau menunjuk pada "garis waktu" yang dibayangkan.

Ke [2] Pada tanggal 28 Agustus 2019, sebelum dilakukan demo maka di Anjungan TMI Kalbar dilakukan ritual Adat Kaharingan dengan segala peralatannya, dan menghasilkan beras kuning. Dan beras kuning ini di bawa ke lokasi demo, ditabur disekeliling podium, di atas kepala, dan saling menabur sesama peserta.

Dan secara empiric tidak sampai 1 jam semua beras kuning ini hilang tidak ada bekas apapun, atau terbang dan pergi. Tidak ada satu butir padipun yang tersisa. 12 Kali saya cek dengan mahasiswa saya, dan memang tidak ada satupun tersisa.

Mengapa semua butir beras kuning yang sudah dibuat ritualnya menghilang. Dengan tidak ada maksud apapun bahwa "Partisipasi Kosmis"  benar ada, nyata, dan hadir atau ada. Bagimana tafsir semiotika dan hermeneutikanya;

Saya menyusun diskursus tentang kilas balik roh paling dalam pada mental warga Negara Dayak di Pulau Borneo. Di Pulau Borneo ada enam suku besar Dayak, dan 405 suku kecil, yang tersebar di seluruh Kalimantan. Pada tahun 1838 James Brooke, seorang petualang Inggris dengan warisan dan kapal perang bersenjata tiba untuk menemukan Kesultanan Brunei melawan pemberontakan dari perang seperti suku dayak pedalaman. Sarawak berada dalam kekacauan, Brooke mengisiolasikan pemberontakan dan  menandatangani perjanjian pada tahun 1841 dianugerahi gelar Gubernur dan diberikan kekuasaan atas sebagian Sarawak.

James Brooke menenangkan perang dengan penduduk asli dayak, menekan pengayauan [bunuh membunuh], menghilangkan perompak Kalimantan yang sangat ditakuti. James Brooke   mengalami kesulitan menghadapi Libau "Rentap"  kemudian dikalahkan di Bukit Sadok setelah tiga ekspedisi oleh Brooke. Perjungan ini dapat berhasil  setelah James Brooke yang dibantu oleh beberapa orang Dayak sendiri. Maka James Brooke menyimpulkan: "Hanya orang Dayak yang dapat membunuh orang Dayak". Dan persisi disinilah makna palin dalam pada acara tabur beras kuning dayak;

Maka peristiwa Demo Pertama Kalinya Dalam Sejarah Dayak di Depan Istana, memiliki kontelasi yang lebih luas, dan lebih mendalam serta memiliki makna semiotika sebagai berikut:

Ke [a] Konflik mistik prima berakhir dengan pembunuhan timbal balik yang saling menguntungkan. Maka pada saat demo ketika beras kuning ditabur, dalam hitungan 30 menit didepan mata, dan disekitar podium habis hilang melayang dan pergi. 

Penciptaan kematian sebagai makam abadi didunia ini adalah niscaya dan kemudian di satukan dalam harmonis siklis. Dua roh yakni Sengalang Burong sebagai dewa perang dan penyembuhan. Maka kekelaan adalah  pembunuhan,  dan penyembuhan untuk menguji konsistensi kemampuan atau di sebut Gawai. Pembunuhan  timbal balik berfungsi untuk menyatukan berbagai bidang  Dunia, atas  dan bumi dunia bawah; Atau menyembuhkan orang sakit dengan mengambil jiwa mereka yang sedang dalam perjalanan menuju tanah kematian dunia atas, menemani dan melindungi jiwa orang mati dalam perjalanan ke tempat yang tepat di dunia atas, memimpin festival pembaruan dan regenerasi siklis, Itulah alasan kepergian beras kuning dayak;

Ke [b] Beras kuning yang ditabur  di Depan Istana sebagai pertanda. Metode  untuk menerima pertanda di mana pertanda yang baik secara sengaja dicari. Metode pertama adalah melalui mimpi untuk menerima jimat atau obat-obatan (obat) dan kutukan (sumpah) pada kemarahan yang tersembunyi. Metode kedua adalah melalui pertanda binatang memiliki efek jangka panjang sifatnya cukup acak. Metode ketiga adalah melalui pertanda burung yang memiliki efek jangka pendek umumnya terbatas pada tahun pertanian tertentu atau kegiatan tertentu yang dilakukan. Metode keempat adalah melalui ramalan hati babi setelah perayaan festival. Metode kelima namun tidak sedikit adalah melalui isolasi untuk menerima jimat, kutukan, obat-obatan, atau penyembuhan. Acara nya ada didalam Rumah Panjang Dayak (Rumah Benteng) ada tujuh burung pertanda di bawah pimpinan Sengalang sampai [7] hari sebagai pengendapan evaluasi proses metafisik.  Demo didepan Istana Negara dilakukan pada tanggal 29 Agustus 2019 atau Kamis [8] Legi [5] dalam hitungan dengan weton berjumlah 13. Heroskop ini mengandung makna memiliki sifat tersinggung, dan emosional kurang tertata baik.  Sedangakn persiapan demo dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2019 pada weton Rabu  Kliwon. Rabu [7], dan Kliwon [8] maka berjumlah 15. Watak kekurangnya sama memiliki sifat tersinggung, dan emosional kurang tertata baik [mbeling], disamping watak matahari pencari kebenaran dan keadilan.

Kritik akhir yang saya sampaikan baik bersifat umum, dan bersifat khusus. [1] Indonesia ini adalah Negara Bhinneka Tunggal Ika, NKRI Harga mati, Negara memiliki Dasar Pancasila; [2] tatanan Negara atau Res Publica adalah didasarkan akal sehat, pikiran cerdas atau jelas ada pemisahan masalah wilayah publik dan wilayah pribadi atau [Res Publica, Res Privata]; [3]  Semua warga Negara adalah memiliki kewajiban dan hak, seperti hak untuk hidup, kebebasan, dan properti, memiliki dasar yang independen dari hukum masyarakat tertentu. 

[4] Negara dan Bangsa ini kaya, dan memiliki banyak potensi alam, tanah, air, [5] Negara dan masyarakatnya pandai, unggul, dan hebat; [6] tiga sektor: sektor publik (pemerintah), sektor swasta (perusahaan bisnis) dan masyarakat sipil  dengan etika public tidak lepas menjadi sebuah kebijakan 'otoritas', maiestas atau 'keagungan' dan res publica mewujudkan republik Indonesia hebat; [7] Negara ini percaya pada Tuhan dimana tidak ada satupun manusia Indonesia boleh mencuri dan mengambil yang bukan miliknya; dan tidak boleh berbohong, menyakiti sesama. Tiga hal ini saja dilakukan tahap awal yang baik bagi NKRI yakni  tidak mencuri, dan jangan berbohong, dilarang menyakiti sesama. Dan semua dimulai pada diri sendiri, semua sudah jelas tatanannya disepakati bersama-sama sebagai  anak bangsa yang adil dan beradab.

Jika semua stakeholder sektor publik (pemerintah), sektor swasta (perusahaan bisnis) dan masyarakat sipil  dikelola dengan dasar Negara  yang baik [Res Publica]; maka jelas tidak pantas apa itu demo-demo dalam bentuk apapuan, protes, berebut jabatan, kekuasaan, saling iri hati, dengki, rasis, konflik antar suku, antar etnis, antar agama, dan mencari ego masing-masing anak bangsa.

Semua tindakan penyimpangan egosime, dan kejahatan harus dihentikan dari diri kita masing-masing. Jika kita semua sebagai warga Negara masih ribut soal jabatan, kekuasaan, pelanggaran HAM, memperkaya diri sendiri,  dan terus memperlemah Negara ini tidak heran 12 tahun mendatang kita tidak akan pernah maju, dan bisa bubar, dan berakhir pada penderitaan yang tidak ada obatnya;

Bisa dibayangkan betapa tanda awal rusaknya Negara ini, dan dampaknya pada ketertinggalan dengan Negara lain. Contoh yang paling dekat adalah Negara India pada berita  CNN Indonesia  Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO) berhasil meluncurkan misi Chandrayaan-2 pada Selasa (23/7/2019) pukul 14.43 waktu setempat. Misi ini dijadwalkan meluncur di kutub selatan Bulan.
Chandrayaan atau berarti kendaraan Bulan dalam bahasa Sansekerta berhasil lepas landas dari Satish Dhawan Space Center di Sriharikota, negara bagian Andhra Pradesh. Apakah tidak malu Negara dan kita semua dengan contoh ini;

Semua dunia harus kita akui,  situasi  kita masih ribut iuran BPJS, tetapi Negara lain sudah melakukan bukan hanya [bacot] bahwa apapun kemajuan modern memberikan dampak positif misalnya tidak ada manusia mati karena TBC, buta kena katarak, atau Jogja Jakarta jalan kaki, ada pesawat terbang, kerata api, listrik, komputer, iphone, dan seterusnya bahwa kemajuan dirasakan sekarang ini bukan karena doa, tetapi karena otak manusia (daya rasional) atau disebut pencerahan bukan dari demo rebut jabatan, korupsi dan seterusnya.

Kita semua harus memiliki keberanian melompat, dan progress ini akan membawa umat manusia pada pencerahan, atau kemajuan zamanan atau proses modernitas dengan memahami rasionalitas suatu Bangsa Indonesia.

Negara lain sudah melakukan bukan hanya wacana [bacot] tentang kekuatan Scientia (pembisaan pelatihan intelektual) sebagai upaya mencari keselamatan atau membangun "regnum hominis" (pengetahuan sebagai kekuasaan manusia di dunia) atau establishing the dominion of man on earth ("regnum hominis").

Fakta menunjukkan bahwa manusia bisa naik pesawat terbang pulang pergi ke Solo, Jogja, Bali, Kaltim, Papua, NTT,  wisata liburan ke Jepang, Eropa, hanya beberapa menit atau jam dan tidak jalan kaki karena hasil otak pikiran cerdas, kemampuan menciptakan, dan seterusnya. Atau pada sisi lain ada fakta bahwa manusia sakit TBC, malaria, flu, buta karena katarak, sakit patah tulang,  bisa di sembuhkan dengan hasil ilmu, dan logika, dan bukan dengan doa, bukan dengan rasis, bukan dengan iri hati, bukan dengan saling tusuk menusuk. Kita semua sadar google, atau perang dagang Amerika China adalah memperbutkan posisi menguasai dan di kuasi, sampai semua data pribadi tiap kepala kita, isi di hape kita tiap detik, tersimpan di Amerika dan Negara maju atau di perusahan  China. 

Mengapa kita iri hati,  dan kritik membabibuta dengan kebencian tanpa mau mengevaluasi diri masing-masing. Per 30 Juni 2019 Perusahaan China Huawei melompati Apple ke posisi kedua berdasarkan jumlah perangkat yang dikirim kedua perusahaan pada kuartal yang berakhir 30 Juni. Itulah kondisi fakta, dan kenyataan, harus diakui bahwa kemajuan peradaban adalah kemampuan kerja keras, kerja jujur, dan bertanggungjawab.

Kita masih rebut soal boleh tidaknya pedagang di DKI jualan di trotoar, atau sampai 5 tahun baru bisa menghasilkan mobi Esemka, berita Hoaks dengan kebencian, dukun cabul, video mesum, OTT KPK, demo rusuh bakar-bakar asset Negara, ramai pada kampung gaib atau Desa Penari, tabrakan di tol cipularang, listrik mati 12 jam, utang Negara terus menanjak, kurs melemah, tontonan kekerasan, dan seterusnya. Dimana secara logis masalah seperti ini udah selesai 60 tahun lalu atau bahkan 1.000 tahun lalu di Negara lain.

Pada kasus lain bisa dibayangkan riset NASA Space Shuttle (USA), telah menciptakan  pesawat, dengan kecepatan hingga 28.100 kilometer per jam atau 1,4 jam untuk mengelilingi Bumi. Bahkan jika tahun 2030 ide ini diproduksi, komersialisasi pesawat Space Shuttle maka jarak Jakarta ke Tokyo Jepang hanya butuh waktu 3 menit sampai 12 menit atau mungkin 1 menit. Demikian juga hasil riset otak berpikir di publikasi terakhir telah ditemukan adanya partikel Tuhan (God particle: Higgs boson), dan penemuan bumi kembar yang bisa ditempati manusia.  

Simpulannya adalah Demo Dayak di Depan Istana Negara  wujud kemarahan dan kritik paling kasar pada roh NKRI untuk segara sadar diri. Harapannya adalah roh NKRI  melakukan recovery pada tanggungjawab bersama untuk mengembangkan potensi diri masing-masing melalui kemampuan fakultas akal budi guna membangun "regnum hominis" (kemampuan otak dan tindakan cerdas sebagai regulasi komitmen bersama) menghasilkan keadilan dan kemakmuran secara universal. 

Maka hilangnya beras kuning ditabur sekitar Istana pada Saat Demo Dayak adalah simbol pesan pertama dan terakhir mengudang dengan batin paling dalam  apakah tiga sektor: sektor publik (pemerintah), sektor swasta (perusahaan bisnis), dan semua  masyarakat sipil Indonesia  mau bertobat menjadi baik atau tidak ***. // selesai//

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun