Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Episteme Condorcet [2]

18 April 2019   15:49 Diperbarui: 28 April 2019   23:53 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Episteme Condorcet [2]

Gagasan dan tulisan ini adalah kajian pustaka pada penelitian Prof Apollo dan Pia Oliang  [2012-2014] yang dipakai untuk membahas wanita dayak dalam kaitan dengan fungsi Wadian Kaharingan. Cara pandang yang dipakai adalah tentang isu bias gender. Riset ingin memperoleh tentang fenomena pada Wadian Pangundraun atau Wadian Wawei [Wanita] dan pencirian wanita Dayak. 

Hasilnya penelitian  sejak duapuluhan abad lalu ternyata perempuan bagi suku dayak khususnya Manyaan Kalteng Barito Timur sudah memberikan perempuan dan anak perempuan akses yang setara ke pendidikan, perawatan kesehatan, pekerjaan yang layak, dan keterwakilan dalam proses pengambilan keputusan politik dan ekonomi   yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya. 

Menerapkan kerangka hukum adat telah ada  tentang kesetaraan perempuan di tempat kerja dan pemberantasan praktik-praktik berbahaya yang ditargetkan pada perempuan sangat penting untuk mengakhiri diskriminasi berbasis gender yang lazim terjadi. Demikianlah hukum adat welum [hidup] dan matei [meninggal] untuk suku dayak telah ada sebagai bentuk kesetaraan gender.

Tulisan ini tidak memuat semua hasil penelitian tersebut karena bukan posisi tulisan ini harus dimuat dalam media ini. Tulisan ini adalah hanya berisi bab II riset tentang kajian pustaka berkaitan dengan pemikiran Condorcet.

Marie Jean Antoine Nicolas de Caritat, marquis de Condorcet, (lahir 17 September 1743, Ribemont, Prancis   meninggal 29 Maret 1794, Bourg-la-Reine), filsuf era pencerahan Francis dan pendukung reformasi pendidikan dan hak perempuan. Pada 1786 pada usia empat puluh dua, Condorcet menikahi Sophie de Grouchy yang berusia dua puluh dua tahun (1764-1822).

Kesetaraan jender bukan satu-satunya penyebab kontroversial pada era Condorcet: Bahkan sebelum secara terbuka membahas pertanyaan perempuan itu, Condorcet berargumen   tentang kemanusiaan dan hak-hak orang Afrika yang diperbudak, dan mengusulkan penghapusan perbudakan di koloni-koloni Perancis di luar negeri.

Karyanya tahun 1781, Rflexions sur l'esclavage des ngres [Refleksi tentang Perbudakan Hitam] membantu menghasut gerakan abolisionis di Prancis,   datang bersama pada awal 1788 di Socit des Amis des Noirs   [Society of the Friends of Blacks],   Condorcet menjadi pengelola hingga  pada Januari 1789. Condorcet menerbitkan secara aktif sepanjang tahun 1780-an dan kemudian menyusun banyak rancangan undang-undang untuk Majelis Nasional mengenai masalah reformasi kolonial dan perdagangan budak. 

Selain itu, Condorcet mengadvokasi kebebasan perdagangan, hak-hak minoritas agama, dan reformasi hukum pidana. Condorcet menganggap bunuh diri bukan   sebagai kejahatan   mereka "tidak melanggar hak-hak orang lain", tidak seperti pemerkosaan, yang "melanggar properti yang dimiliki setiap orang dalam dirinya" ("Notes on Voltaire [1789]". Condorcet percaya pada hak seorang wanita untuk merencanakan kehamilannya. 

Pandangannya tentang pendidikan wanita sangat progresif untuk masanya, ketika Condorcet mengusulkan agar anak perempuan dididik bersama anak laki-laki di dalam lembaga pendidikan bersama universal; dan   menyediakan kesempatan bagi wanita untuk masuk ke semua profesi yang menunjukkan sesuai bakat mereka.

Tema feminis, dijelasakan oleh   Condorcet bertindak   kehidupan publik untuk memperluas klaim keadilan, moralitas, dan hak asasi manusia. Sebelum Revolusi, Condorcet menerbitkan esai tentang penerapan teori probabilitas untuk pemilihan umum, tentang Revolusi Amerika dan Konvensi Konstitusi; dan Condorcet aktif berpolemik atas nama upaya reformasi kehidupan ekonomi dan politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun