Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Diskursus Makna Gunung Lawu, dan Pemilihan Presiden Indonesia 2019

17 Agustus 2018   16:34 Diperbarui: 17 Agustus 2018   16:43 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

DISKURSUS "MAKNA GUNUNG LAWU,  DAN PEMILIHAN PRESIDEN INDONESIA 2019"

 Pendasaran theoria atau episteme (1) adalah  Baruch de Spinoza (1632-1677), tentang substansi alam semesta identic dengan Allah. Jadi semua fakta realitas bersifat ilahi. Spinoza adalah tokoh pantheisme rasionalis dalam mengembangkan cara pemikirannya. Spinoza menyebut sebagai "Deus Sive Natura " atau Allah dan Alam adalah hal yang sama. Pikiran adalah atribut dari substansi tunggal Tuhan.

Pendasaran theoria atau episteme (2) Tokoh  Gottfried Wilhelm von Leibniz (1664-1716)  bahwa alam semesta ini dikendalikan oleh "Monad" sebagai bentuk "force primitive" atau daya purba yang tidak material tetapi spiritual yang menyelubungi kesadaran atau akal sehat manusia (co gito) tertutup.

Pendasaran theoria atau episteme (3) Tokoh Rene Descartes (1596-1650), bahwa  Tuhan sebagai ide bawan umat manusia, atau Pikiran, materi, dan Tuhan sebagai substansi-substansi. Semua fakta jasmani atau keluasan (dapat diindrawi) adalah wujud Tuhan sebagai substansi. Artinya semua fakta (jasmani) atau materi adalah substansi kebenaran realitas.

Pendasaran theoria atau episteme (4) pemikiran Pantheisme Giordano Bruno (1548-1600) pada dua pemikiran (a) "natura naturans" atau Tuhan sebagai pencitpa, dan (b) "natura naturata" atau alam semesta sebagai akibat pada penciptaan menjadi totalis yang menampakkan diri secara indrawi (kejasmanian).

Pendasaran theoria atau episteme (5) para pemikir pra Socratik Parmenides menyatakan "Hanya yang ada, itu ada"; kemudian Thales bahwa air adalah prinsip awal yang menghidupkan dan memunculkan segala sesuatu. Anaximandros tetang prinsip tak terbatas atau disebut ["apeiron"] bersifat segala sesuatu tetap mantap, abadi. ["apeiron" berarti "a" tidak, dan "peiron" berati batas]. 

Anaximenes menyatakan segala sesuatu adalah udara. Udara bergerak menadat menjadi benda-benda air, tanah, batu, besi dan seterusnya kembali menjadi udara meliputi semuanya. 

Dan akhirnya Empedokles menggabungkan menjadi 4 anasir menjadi air, tanah, api, dan udara. Di mana empat anasir itu bergerak pada dua sumbu yakni; ada gerak yang menyatukan atau disebut gerak cinta (philotes), dan gerak benci yang memisahkan (neikos). Anaxagoras, awal segala sesuatu adalah nous berarti jiwa atau rasio, atau roh sebagai awal segala sesuatu, pada empat anasir angin, api, tanah, air. 

Dan Anaxagoras memasukkan dan memisahkan dirinya dengan anasir tersebut. Herakleitos dengan penemuan "panta rhei" segala sesuatu berubah dan mengalir, manusia tidak mungkin masuk dalam dua kali pada air sungai yang sama. Semua berubah dan menjadi. Dan perubahan itu terjadi karena adanya rasio dunia, berbuah berbeda menjadi satu , dan satu menjadi segalanya.

Dengan lima (5) pendasaran filosofis ini maka saya dapat menyusun dalil diskursus pada tulisan ini dengan pernyataan "semua gejala atau gerak di alam dapat dipahami melalui rasio logos aktif ("nous poietikos" atau "intellectus agens"), meskipun pemahaman ini melampaui pengamatan, dan pengalaman indrawi yang terbatas jangkuannya".

Artinya alam merealisasikan diri  dengan rasionalnya bersifat niscaya, tidak berubah, abadi, dan ilahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun