Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Heidegger dan Ontologi Hermeneutika (Tulisan 13 Selesai)

24 Juni 2018   03:59 Diperbarui: 24 Juni 2018   14:30 1161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Martin Heidegger, dan Ontologis Hermeneutika  (Dokumen Pribadi)

Bagi saya pada akhirnya sebagai pegangan mengkontemplasikan buku Heidegger mengingatkan saya pada kata-kata Socrates: {"Gnothi Seauton kai meden agan"}, artinya ["kenalilah dirimu sendiri, dan jangan berlebihan"). Tulisan ini terdapat pada Kuil orakel terkenal di Delphi Dewa Apollo dalam tradisi Yunani Kuna.

Maka pada tulisan ke 13 ini saya akan membahas rangkuman umum yang berkaitan dengan Martin Heidegger, dan Ontologis Hermeneutika  pada buku; Ada, dan Waktu [Being, and Time] atau [Sein und Zeit]. 

Bagi saya tidak mudah memahami pemikiran Heideggerian ini, sekalipun saya sudah membaca 30 kali lebih tetap saja sulit saya pahami  bahkan sering saya tidak paham, harus diakui memahami tulisan Heideggerian  membutuhkan ketelitian, kesabaran, dan pembatinan mendalam agar memahami sebagian pemikiran yang menantang dan rumit sekali.

Pada gambar dibagian artikel ini saya gambarkan 8 manusia paling penting dalam pemikiran ilmu  dan perkembangan yang saya anggap manusia sakti, hebat, dan memiliki pemikiran yang melampaui. 

Pada peradaban Yunani Kuna, ada 3 orang yakni Socrates, Platon, dan Aristotle, kemudian di era Skolastik Paternalistik adalah Thomas Aquinas, dan Era Pencerahan (Modern) ada tiga Cartesian, Hegelian, dan Kantian, dan era Kontemporer adalah Martin Heidegger.

Tidak mungkin membahas ilmu pengetahuan dalam pembentukannya tidak melibatkan 8 manusia ini khususnya dalam perkembangan ilmu barat. Ilmuwan terkemuka abad ini  Alfred North Whitehead, dalam kuliahnya di University of Edinburgh, 1927-1928, terbit dalam "Fact and Form", Process and Reality: An Essay in Cosmology, New York: The Free Press, 1978:39, menyatakan: 

["the safest general characterization of the European philosophical tradition is that it consists of a series of footnotes to Platon"]. Pengakuan dan penyampaian yang jujur dan transparan bahwa seluruh ilmu pengetahuan barat adalah catatan kaki dari pemikiran Platon.

Adalah ketidakmungkinan memahami ilmu dan peradaban dunia sekarang ini tanpa memahami (membatinkan) pemikiran manusia-manusia ini. Pada tulisan dan penelitian saya dalam bidang filsafat ilmu, dan trans-substansi multi paradigm saya menyimpulkan kedalaman, keluasan, dan kebijaksanaan dalam pemikiran mereka. Pada pada Kompasiana, saya buat rangkuman sedemikian rupa, bagian-bagian yang saya anggap penting bagi bahan diskursus ilmu sebagai tanggungjawab bersama. 

Pada tulisan di Kompasiana saya menurunkan beberapa edisi tulisan, khususnya pemikiran Martin Heidegger yang menurut saya sangat menarik dan menantang untuk menjembatani 4 babak perkembangan kesadaran ilmu barat yang menjadi akhli waris logika bagi seluruh pencerahan dunia, termasuk paradoks yang mungkin saja bisa terjadi.

Tema umum yang dalam pada buku Martin Heidegger , dan Ontologis Hermeneutika membahas tentang; Ada, dan Waktu [Being, and Time] atau teks asli "Sein Und Zeit". Misalnya tema tentang eksistensi otentik manusia untuk: (1) fenomenologi; (2) eksistensi sebagai milik pribadi, dan berada dalam waktu, (3) ada dalam dunia, (4)  Das Man atau Manusia Impersonal, (5) stimung mood, dan faktisitas, (6) Kecemasan, dan Ketidakadan, (7) tentang kematian manusia, (8) keprihatinan, dan temporalitas,  (9) Historisitas.

Semenjak Kant, membuat 3 macam buku tentang Critique, maka Heidegger juga mengambil dengan caranya sendiri pertama-tama mengkritik gurunya fenomenologi Edmund Husserl.  Pemikiran fenomenlogi Hussrel adalah "kembalilah pada benda atau sumber itu sendiri" atau kembalilah kepada subyek kesadaran, melalui reduksi transcendental.

Heidegger mengkritik, dan mereparasi, dan sekaligus membuat novelty baru dalam pemikirannya sendiri :" kembalilah kepada subyek, dengan melupakan objek".  Sintesis subyek, dan obyek itu  merupakan dunia manusia, atau [Ada] dalam dunia (in der welt sein). Terma [Ada] dalam dunia (in der welt sein), perlu diungkapkan dan dipahami karena sebagai realitas manusia. Alasan Heidegger manusia modern lupa mempertanyakan [Ada], padahal ini adalah pendasaran menyeluruh komprenship tentang manusia.

Dengan mereparasi, dan mengkritik pemikiran gurunya Husserl, dengan maksud mencari secara episteme jawaban [Ada]. Maka pemikiran Heidegger adalah ilmu fenomenologi tentang [Ada] kemudian dituangkan dalam [Sein und Zeit]. Pemikiran Heidegger tentang [Ada] atau [Sein] sebagai ada di sana (da) atau sebagai manusia yang terlempar ["thrownness"] ada begitu saja, tidak  tahu dari mana, dan mau kemana. 

Ada begitu saja, terlempar artinya manusia ("Daseins"). Disinilah konsep Heidegger disebut sebagai {Ada} yang menggada di sana (Daseins).  Dengan keterlemparan manusia dalam realitas dunia memungkinkan manusia menjadi ber-eksistensi. Eksistensi manusia dihadapkan pada dua paradoks antara (menjadi diri sendiri), atau (tidak menjadi diri sendiri). 

Pemahaman (Ada) selalu berkaitan dengan telaah metafisika menghasilkan ["Ada", huruf besar], atau [Ada] atau [Sein]  menjadi ("ada" huruf kecil) atau (ada) seiende.

Akibat mereparasi, dan mengkritik pemikiran gurunya Husserl, maka pemikiran Heidegger disebut dekonstruksi fenomenologi. Kata kuncinya adalah "kembalilah kepada gejala awal dan sebenarnya yakni gejala [Ada] atau [Sein]. 

Metode untuk sampai kepada [Ada] atau [Sein]  diperlukkan apa yang disebut Heidegger sebagai ["Logos"]. Kata ["Logos"] oleh Heidegger disebut interprestasi ["Auslegung"] untuk memahami (verstehen) memahami life expression  yang tersembunyi. Metode interprestasi ["Auslegung"] disebut Heidegger sebagai "Hermeneutika". (selesai)

Daftar Pustaka:

Heidegger, Martin,1953., Being and Time., Translated Joan Stambaugh.,Max Neimeyer, Tubingen.

Kurt Mueller-Vollmer., 1988., Hermeneutics Reader: Texts of the German Tradition from the Enlightenment to the Present., Published by Continuum.

Palmer, Richard E., 1969,.Hermeneutics, Interpretation Theory in Schleimacher, Dilthey, Heidegger and Gadamer, Northwestern University Press, Evanston.

Zainal Abidin., 2006., Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat.,Bandung., PT. Remaja Rosdakarya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun