Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Heidegger, dan Hermeneutika Ontologis (4)

21 Juni 2018   01:01 Diperbarui: 25 Januari 2023   10:47 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Heidegger, dan Hermeneutika Ontologis (4)

Hermeneutical fenomenologi Daseins Martin Heidegger dalam mengeksploitasikan lingkaran heremenutika (Methods The Hermeneutical Circle) sebagai struktur ontologis pemahaman (verstehen) untuk eksistensi manusia dan interprestasinya. Bagi Heidegger hermeneutika bersifat ontologis "Dasein"  atau berarti "ada di sana" atau being in the world. Arti "ada di sana" menunjukkan ciri kewaktuan,  dan keterlemparan manusia, atau ontologi hermeneutika faktisitas disebut Heidegger sebagai "Hermeneutik der Faktizitt" atau cara bereksistensi manusia.

Pertama (1) Lalu apa itu disebut Heidegger sebagai ontologi hermeneutika faktisitas atau "Hermeneutik der Faktizitt". Heidegger mengembalikan pada [Ada] ketika [Ada] sebelum disalah pahami, diluar metafisika. Untuk memahami [Ada] diawali dari paling primordial yang menanyakan [Ada] atau dinamai [Dasein]. Dengan demikian ontology hermeneutika faktisitas adalah berawal dari [Dasein]. [Dasein] bersifat dinamis dalam bermawaktuan sebagai kehidupan yang bersifat faktisitas bergerak dalam temporalitas atau  ["ada di sana"] atau a being in the world.

Untuk menjelaskan antara hermeneutika, dan faktisitas membedakan dua konsep antara (a) mutually independent, atau dua entitas bebas dari lainnya, masuk dalam relasi maka menjadi saling mempengaruhi, (c) mutually belonging atau adanya ikatan saling mempengaruhi. Maka hermeneutika faktisitas berada dalam mutually belonging.

Kedua (2)  Kebermaknaan Pra Predikatif, Pemahaman, dan Interprestasi. Dunia menurut Heidegger adalah lebih dari aktivitas pra sadar (ego) dalam persepsi manusia, dunia merupakan lahan dimana resistensi actual dan posibilitas dalam struktur [keberadaan] membentuk pemahaman. Dunia [the world]  adalah lahan temporalitas dan historisitas [keberadaan] menterjemah atau mewujudkan proses hermeneutika faktisitas atau "Hermeneutik der Faktizitt" menjadi 3 aspek Kebermaknaan Pra Predikatif, Pemahaman, dan Interprestasi. 

Kebermaknaan pada proses hermeneutika faktisitas  kebermaknaan merupakan sesuatu yang lebih dalam daripada sistem logis bahasa, namun kebermaknaan dibangun di atas sesuatu yang menjadi pokok bahasa dan melekat dalam dunia relasional atau dalam keseluruhan hubungan dunia. Dengan  cara ini maka kebermaknaan bukan sesuatu yang diberikan kepada objek tetapi objek memberikan sesuatu penampakan kepada manusia melalui kemungkinan ontologis kata dan bahasa. Sedangkan pemahaman adalah sebagai sesuatu yang melekat dalam konteks kebermaknaan. 

Interprestasi hanya penterjemah eksplisit dari pemahaman. Struktur  ontologis pemahaman (verstehen)  didunia ini adalah [sebagai ini] dan [sebagai itu]. Maka interprestasi adalah [sebagai ini] dan [sebagai itu], artinya seluruh penglihatan sederhana yang bersifat prapredikatif  dari dunia tidak dapat dilihat  dengan sendirinya merupakan penglihatan yang sudah dipahami atau diinterprestasikan. 

Keseulitannya adalah ketika pemahaman (verstehen)  menjadi interprestasi maka bahasa telah menyembunyikan gagasan yang ada dalam bahasa (hermeneutica cycle) atau cara pandang sudah terbentuk. Maka pemahaman (verstehen) dan kebermaknaan adalah basis bagi bahasa dan interprestasi. Hanya dalam [kata, dan bahasa] muncul dalam keberadannya. Maka bahasa adalah rumah ada, atau Heidegger menyebut [bahasa merupakan tempat tinggal keberadaan], dan wajib diinterprestasikan.

Dengan demikian maka pemahaman (verstehen) mempunyai pra-struktur tertentu yang turut berperan dalam mekanisme interprestasi atau 3 pra-struktur model Heideggerian. Adanya pra-struktur pemahaman membiarkan [ada] menyingkapkan diri dalam setiap interprestasi. Tidak mudah memahaminya, tetapi Heidegger memposisikan hermeneutika sebagai dekonstruksi dan rekonstruksi ulang ilmu metafisika klasik yang selama ini telah melupakan [ada]  yang menyembunyikan diri. 

Dengan ontologi hermeneutika faktisitas atau "Hermeneutik der Faktizitt", adalah membiarkan [ada] menyingkapkan diri (mewahyukan) diri dalam dua kemungkinan yang tampak, dan yang tidak tampak atau bersembunyi. Maka bagi Heidegger realitas tidak bisa dipaksa oleh subjek untuk memahami objek, maka dapat dilakukan dengan (a) membutuhkan waktu untuk adanya kehadiran menyingkapkan diri,(b) menggunakan susana hati atau phenomenon of mood (Stimmung), karena kebenaran suka menyembunyikan diri atau disebut (aletheia) atau Essence of Truth.

# bersambung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun