Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Diskursus Intelligent, Gagalnya Pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong Un

26 Mei 2018   02:38 Diperbarui: 26 Mei 2018   03:04 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diskursus Intelligent: Gagalnya Pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong Un.

Kompas.com 24/05/2018, 22:49 WIB dengan judul "Trump Batalkan Pertemuannya dengan Kim Jong Un", Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan pembatalan pertemuannya dengan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un. Pengumuman tersebut disampaikan dalam surat kepada Korut, sebagaimana diwartakan kantor berita AFP Kamis (24/5/2018). 

Sebelumnya, dalam kicauannya di Twitter 10 Mei lalu, Trump berkata bakal bertemu dengan Kim di Singapura pada 12 Juni mendatang. Presiden asal Partai Republik itu juga berterima kasih karena Kim telah bersedia melepaskan tiga warga negaranya yang ditahan. "Jika Anda berubah pikiran, tolong jangan ragu untuk menulis surat atau menghubungi saya.

"Melihat kemarahan yang Anda perlihatkan belakangan ini, saya merasa tidak tepat jika harus menggelar pertemuan,". Kemampuan  nuklir yang selama ini dikatakan oleh Korut. Trump berkata kepunyaan AS jauh lebih besar. Pentagon mengonfirmasi mereka siap untuk menghadapi berbagai aksi provokatif yang dilayangkan Korea Utara (Korut).

Lalu bagimana analisis episteme Telahan Intelligent: Pembatalan Pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong Un.

Pertama adalah pembatalan tersebut tentu saja menggunakan banyak pertimbangan, data, simulasi, dan kemungkinan dampak (impact analysis) untung rugi bagi negara Paman Sam tersubut. Banyak aspek yang bisa dikaji, hanya saja sudut padang (world view) yang saya pakai dalam tulisan ini adalah kapasitas ilmu intelligent kedua negara dan atau salah satu negara yang saling mengancam dalam konflik secara terbuka.

Sebut saja kasus skandal mata-mata Amerika dikenal "krisis Pueblo" pada 23 Januari 1968, USS Pueblo, sebuah kapal intelijen Angkatan Laut Amerika Serikat yang tengah melaksanakan pengawasan rutin di pantai Korea Utara ditangkap oleh kapal patroli negara itu. Peristiwa ini kelak dikenal dengan sebutan "insiden Pueblo" atau "krisis Pueblo". Sedangkan sergapan direncanakan oleh Kapal induk AS, USS Enterprise, saat itu berjarak 940 kilometer di selatan USS Pueblo. 

Di lain sisi, empat jet F-4B yang berada di kapal ini, tidak dibekali dengan kesiapan untuk pertempuran udara ke darat. Sebenarnya cara ini sebagai uapaya UUS Pueblo menjadi objek wisata di Pyongyang dimana digunakan untuk alat propaganda dalam dunia intelligent, untuk melihat kemampuan data-data lawan, atau upaya pencarian data-data lawan atau uji data (validitas), dalam presisi jika keputusan lebih lanjut dilakukan. Dalam kasus sekarang disebut mengumpulkan data-data intelijen pada rezim nuklir Kim Jong Un. Apalagi negara Korea Utara sangat sulit diakses informasi sebagai negara yang tertutup itu.

Karena tanpa data, informasi, dan pengetahuan yang "sangat valid" maka upaya perang dengan Korea Utara yang dilakukan Pentagon akan memiliki risiko dalam istilah "chaos" data dan bisa terjadinya pengulangan sejarah kekalahan Amerika pada Vietnam, disebut Perang Indocina fase kedua, adalah sebuah perang yang terjadi antara 1957 dan 1975 di Vietnam. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dingin antara dua kubu ideologi besar, yakni Komunis dan SEATO dalam rangka Reunifikasi bagian Utara dan Selatan Vietnam menjadi Republik Sosialis  Vietnam.

Maka sekalipun dukungan atau afiliasi negara pendukung Korea Utara tidak jelas dalam idiologi Komunis Sosialis melawan idiologi liberalism dalam hal ini Amerika dan sekutunya, nampaknya hal ini tidak mudah bagi negara Paman Sam. Pertama bahwa peperangan dengan terbuka memiliki risiko ketahanan ekonomi dan bisnis atau sebaliknya menciptakan pertumbuhan bisnis dalam industri balistik forensic.  Atau dikenal dengan pendekatan pertimbangan (risk analysis).

Interprestasi (1) tafsir Diskursus mengapa ilmu Intelligent pada kegagalan Pertemuan Donald Trump dengan Kim Jong Un. Dengan meminjam pemikiran Metode Keraguan/Skeptis: Rene Descartes (1596-1650) atau Res Extensa, Res  Cogitans,  dan, atau Co Gito Ergo Sum  Ideas Claires el Distinces (pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah). Saya mencurigai pembatalan ini dilakukan oleh Presiden Trump karena adanya kemungkinan data intelligent tidak mampu menjelaskan sisi keamanan (pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah), dan kemungkinan kalkulasi risiko pertemuan tersebut dalam semua kepentingan public masyarakat Paman Sam. Artinya ada keraguan atau Skeptis pada sisi keamaanan dan pemikiran utilitarian perjumpaan tersebut menghasilkan sesuatu yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun