Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Catatan Seorang Kurir dalam Tiga Babak

1 November 2020   01:23 Diperbarui: 1 November 2020   20:46 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari awal rekan saya sudah menjelaskan kepada ibu tersebut, bahwa bila ragu, lebih baik paketnya ditolak saja, karena takut paket tersebut bila diterima, lalu dibuka, dan hasilnya mengecewakan.

Sementara di aplikasi sudah disukseskan, yang otomatis uang COD tersebut sudah otomatis masuk sistem, yang secara prosedur perusahaan, barang yang sudah dibuka tidak bisa dikembalikan kembali apapun kondisi fisik paket tersebut.

Bila dikembalikan otomatis paket tersebut akan jadi tanggung jawab rekan kurir saya, berapa pun harga paket tersebut, bila dikembalikan, otomatis teman saya harus nombok atas kesalapahaman tersebut.

Cerita punya cerita, setelah transaksi sukses yang di mana si ibu pun sudah menerima dan membuka isi paket tersebut, dan sementara teman saya pun sudah menyukseskan paket tersebut, tak berapa menit berjalan, teman saya dihubungi kembali si pelanggan.

Si ibu menegaskan bahwa paketnya tidak sesuai dengan pesanan, tapi paketnya tetap dia terima dengan membayar, ya, sama saja si ibu sudah menyetujui transaksi tersebut.

Dengan pikiran yang mumet, teman saya kembali memenuhi panggilan tersebut, terjadi perdebatan, sehingga suami dari pelanggan tersebut keluar sambil menyodorkan pisau kearah teman saya. Ya otomatis teman saya mengembalikan uang yang sudah ia sukseskan dan menerima kembai paket yang sudah dia buka. Artinya, teman saya harus menggantikan uang COD seharga paket yang berkisar Rp 300 ribuan.

Sebagai rekan kerja, saya prihatin akan kejadian tersebut. Langkah pertama, saya mempertanyakan apa tindakan orang kantor dalam memecahkan masalah tersebut. Dan jawabannya, mereka malah meminta agar teman saya mengalah, akan kejadian tersebut, segala kerugian yang ditanggung rekan saya akan digantikan oleh staff.

Namun, bagi saya, hal tersebut bukanlah solusi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan. Bagi saya, sudut pandang orang kantor berbeda dengan kami yang berada di lapangan. Uuntuk menyelesaikan masalah tersebut, saya mempunyai cara sendiri untuk mengahadapi kejadian tersebut.

Dengan semangat dan berapi-api, saya mengajak rekan saya untuk kembali ke alamat pelanggan tersebut, tanpa memperdulikan todongan pisau atau kemungkinan buruk nantinnya.

Ibu pelanggan: Ada apa lagi, mas?

Saya: Begini bu, mohon maaf menganggu. Di sini saya memposisikan diri saya sebagai penengah. Saya tidak berpihak pada siapapun termasuk ibu dan teman saya, bila nantinya teman saya yang salah, saya tidak segan-segan untuk menampar teman saya bila dia salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun