Mohon tunggu...
Bai Ruindra
Bai Ruindra Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger

Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kapan Pemerintah Buka Mata untuk Petani yang Tanam dan Potong Padi Biaya Sendiri?

16 Mei 2019   15:35 Diperbarui: 16 Mei 2019   15:59 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sawah kering dan sawah yang baru dialiri air - Dok. Pribadi

Irigasi mana yang diiming-imingi oleh pejabat berwenang? Cuma angan atau hanya janji semata karena lepas itu, petani yang memiliki beberapa petak sawah diabaikan. Bukan demikian pemerintah dalam mengelola ranah pertanian saat ini. Pertani di sawah yang kecil tetapkan 'seorang' petani ulung yang butuh perhatian.

Mereka bertani di sawah kecil karena segitu kemampuan dan luas tanahnya. Tiap kali musim panen, gabah akan tetap dijual untuk menutupi kebutuhan hidup. Bahkan, pejabat pemerintah yang memberikan aturan main terhadap sektor pertanian bisa saja memakan nasi dari beras petani yang 'miskin' ini bukan dari beras petani yang dibangga-banggakan dalam media massa.

Nasib traktor di sawah kering - Dok. Pribadi
Nasib traktor di sawah kering - Dok. Pribadi
Apa yang ada dibenak kita saat melihat traktor terpanggang seorang diri di tengah sawah? Kasihan. Pasti. Tak ada pertolongan karena petani kecil dianggap semut di lingkaran gajah. Padahal, petani-petani ini juga akan menghasilkan beras bukanlah batang ilalang yang semak.

Meski petak sawah kering, petani tetap saja membajak sawah sebagai pusat kehidupan sebenarnya. Bagaimanapun cara, air tetap dialiri ke petak-petak sawah ini. Uang entah dari mana didapatkan asalkan air tersedia.

Ke mana penyuluh pertanian yang dibangga-banggakan pemerintah? Saya angkat tangan untuk menyebutnya. Teori apapun yang dikembangkan selama pemandangan yang saya lihat kian tahun tak berubah ini tetaplah tak bisa mengubah apapun.

Sawah kering dan sawah yang baru dialiri air - Dok. Pribadi
Sawah kering dan sawah yang baru dialiri air - Dok. Pribadi
Keringnya sawah bukan berarti perhatian pemerintah terhadap petani ulung di pelosok ini menghilang begitu saja. Inilah saatnya pemerintah membuka mata, membuka jalan, mencari jalan keluar agar petani kecil di pedalaman menikmati indahnya hidup sebagai petani.

Harga gabah yang murah sama sekali tidak bisa menutupi biaya pengeluaran semenjak musim tanam sampai potong. Apakah ini yang diinginkan pemerintah? Saya tidak tahu. Apakah pemerintah menerima petani kecil sebagai bagian dari petani besar? Saya juga tidak tahu. Yang pasti, petani di manapun berada akan tetap bertani meskipun sawah sering kering.

Perbaikan Infrastruktur Pertanian Dimulai dari Bawah

Petani yang sukses adalah mereka yang sudah sukses. Tak perlu lagi 'bantuan' dari pemerintah. Mereka sudah mampu membajak sawah secara modern, tanam dan potong padi dengan mesin, irigasi yang selalu penuh air, dan nilai jual gabah juga memihak kepada mereka.

Apa yang terjadi dengan Ayah saya dan petani kecil lainnya? Mereka hidup dari pertanian. Sejak lahir sudah jadi 'petani' karena orang tua sampai kakek-nenek adalah petani. Hanya saja, ada bagian yang membuat mereka meradang saat melihat batang padi kosong isinya. Kecewa dan putus asa saat bicara harga jual gabah yang tidak sebanding dengan jerih payah dan pengeluaran dalam satu musim tanam.

Begitu seterusnya. Penyuluh pertanian datang dan pergi, berganti pejabat, ganti pula penyuluh pertanian. Perbaikan infrastruktur yang sama keringnya seperti sawah yang baru saja saya lampirkan di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun