Mohon tunggu...
Bahry Bahry
Bahry Bahry Mohon Tunggu... lainnya -

kompasianer biasa, pegawai biasa, rakyat biasa :)\r\n\r\n"kekurangan adalah jalanku untuk selalu belajar dan belajar sampai akhir".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Alni: Pendidikan Itu Penting?

20 April 2010   22:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:40 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_123126" align="alignleft" width="209" caption="foto: Amiruddin/Citra Sinema"][/caption]

salam kompasiana..

inspirasi ini muncul ketika saya menonton film layar lebar berjudul ALNI ( alangkah lucunya negeri ini , istilah ini saya dapatkan dari disini) yang disutradarai oleh Deddy Mizwar produksi Citra Sinema. film yang menurut saya bergenre humor sindiran, ini mampu menampilkan alur cerita yang menarik bagi penontonnya. salah satunya adalah saya. satu hal yang membuat saya untuk berfikir ulang dan mencermati sebuah pesan dalam film ALNI ini adalah proses perdebatan yang berlangsung diantara orang tua muluk dan orang tua rahma (karena rencananya anak mereka akan dijodohkan). perdebatan keduanya adalah dampak dari pendidikan yang diemban oleh muluk. sehingga pak makbul (ayah muluk) dan pak sarbini (ayah rahma) memperdebatkan muluk tentang pekerjaan yang layak dari level pendidikan yang disandang oleh muluk, sarjana manajemen.

lain dialog dalam film ALNI (alangkah lucunya negeri ini) adalah perdebatan antara muluk (sarjana manajemen) dan samsul (sarjana pendidikan) tentang penting atau tidaknya sebuah pendidikan untuk masa depan mereka. dalam kutipan filmnya, "kamu enggak akan tahu bahwa pendidikan itu enggak penting, kalo kamu tidak berpendidikan". inilah yang menyentil saya untuk memaknai sejauh mana pendidikan bagi masyarakat Indonesia khususnya. ternyata pendidikan belum memberikan apapun bagi orang yang sudah susah payah meraihnya.

dalam dialog yang lain, bahwa orang berpendidikan cara mencuri uang dan sebutannya pun berbeda. buat orang yang tidak berpendidikan mencuri uang maka sebutannya adalah pencopet, maka bagi orang berpendidikan sebutannya adalah KORUPTOR, dan ini yang diamini dan dicita-citakan oleh para pencopet jalanan yang akan segera merasakan pendidikan.

***************************************************************************************************************

Keterbelakangan Pendidikan Rakyat

Sebagai sebuah realitas yang tidak dapat ditawar-tawar Pendidikan meiliki peran yang teramat urgen bagi perkembangan pribadi manusia. Pendidikan berakar dari kata didik yang berarti mengarahkan ataupun membimbing. segala upaya yang diarahkan untuk mendidik ataupun membimbing seseorang merupakan bahagian dari upaya pendidikan. Senafas dengan itu Pendidikan tidak lepas dari beberapa komponen yang satu sama lain saling bertautan, jika satu dari mereka tidak ada maka proses pendidikan tidak akan mungkin terjadi. Komponen tersebut adalah :

Pendidik dan peserta didik, komponen tersebut merupakan bagian yang paling fundamen dari sebuah proses pendidikan. Seorang pendidik bertugas mengarahkan dan mentransformasi pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didiknya, guna mengarahkannya mencapai sesuatu yang bermakna. Dalam kaitan itu seorang pendidik dituntut untuk memiliki kualifikasi dan kompetensi akademis yang memadai, dalam Permendiknas Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam pasal 28 disebutkan bahwa, Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki tujuan pendidikan. Lebih lanjut dalam pasal 30 dijelaskan, seorang pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran, kompetensi tersebut meliputi, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi propfesional dan kompetensi sosial (UU NO 20 tahun 2003).

Selaras dengan itu seorang Pendidik juga memiliki tanggungjawab yang cukup besar untuk mengetahui sejauh mana anak didiknya bersikap dan ber-afiliasi dengan teman - teman nya yang lain, dalam hal ini aspek Afektif menjadi harga mati dari sebuah proses pendidikan. walapun tetap harus memperhatikan ranah Kognitif dan Psikomotoriknya. Walaupun dalam prakteknya sering terjaid antithesis dalam wilayah Afektif dan Kognitif, yang terjadi adalah Pendidik seolah - olah menjadi orang yang paling berkuasa dikelasnya, komunikasi timbal balik tidak berjalan sebagaimana mestinya, penekanan aspek verbal menjadi tuntutan pendidik. Sehingga pencapaian Asessment hanya dilihat dari aspek skor dan nilai dari peserta didik.

Hal tersebut secara tidak langsung akan mematikan kreatifitas Peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Perlu untuk di garis bawahi bahwa setiap peserta didik memiliki potensi alamiah yang berbeda-beda yang jika dipaksakan terhadap sesuatu hal akan menganggu kejiwaannya. Artinya adalah memberikan mereka kebebasan untuk berkreatifitas dan menunjukan kemampuan terbaiknya merupakan uregensi seorang Pendidik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun