Mohon tunggu...
Zulfikri SN
Zulfikri SN Mohon Tunggu... Pensiunan Kehutanan Bengkulu -

jika mengeluh bukan solusi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Suatu Senja di Bulan Oktober 1992

23 Maret 2018   03:48 Diperbarui: 20 April 2018   15:02 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harian Semarak bekerjasama dengan Pemerintah Tingkat I Bengkulu dan Universitas Bengkulu, tanggal 24-25 Oktober 1992 menyelenggarakan "Sarasehan Pers dan Pelatihan Calon Kolumnis". Sebagai narasumber dan pemateri adalah Tokoh Pers Nasional: Djafar H. Assegaff (Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat) dan Leo Batubara.

Hari pertama 24 Oktober 1992. Sarasehan Pers dilaksanakan di aula Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pemprov Bengkulu. Saya mengikuti acara tersebut sebagai peserta. Tujuannya untuk meningkatkan kecakapan menulis dan membaca (literacy).

Diantara banyaknya orang yang berada di aula Bappeda Pemprov Bengkulu, dari kejauhan Saya  melihat Pak Dayat sedang berbincang dengan seseorang. Pak Dayat adalah Pejabat Eselon 3 di suatu instansi tempat kami bekerja. Dugaan Saya, Pak Dayat hadir bukan sebagai peserta. Sejamaknya, acara seperti itu dihadiri Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau yang mewakili. Apalagi, sebelum berdinas di Bengkulu, Pak Dayat pernah bertugas di Biro Humas Departemen Kehutanan RI Jakarta.

Sarasehan Pers dimaksudkan untuk megetahui arah kebijakan yang akan ditempuh Pemprov Bengkulu, sebagai pemilik sekaligus pengelola “Harian Semarak”. Sepanjang usia penerbitannya, Harian Semarak hanya terbatas sebagai koran yang memberitakan tentang pembangunan daerah. Terutama menyangkut keberhasilannya.

Muncul gagasan agar Harian Semarak dikelola secara profesional. Tentu saja akan berimbas terhadap Pemprov Bengkulu. Harus siap dikritisi jika ada hasil pembangunan yang tidak sesuai. Sebenarnya bukan tentang good news atau bad news, tetapi penekanannya pada pemberitaan yang berimbang.

Hari kedua 25 Oktober 1992. Pelaksanaaan acara Pelatihan Calon Kolumnis di Universitas Bengkulu. Kegiatan berlangsung dari pagi hingga sore. Diselingi istirahat, sholat dan makan siang.

Di dalam ruangan tempat diselenggarakannya Pelatihan Calon Kolumnis, Saya melihat Pak Dayat duduk di kursi, diantara peserta lainnya. Ternyata Pak Dayat sama halnya seperti Saya, sebagai peserta pelatihan juga.

Setelah berakhirnya acara pelatihan sekitar pukul 17.30 WIB, Saya bergegas menuju gerbang utama Kampus Universitas Bengkulu (Unib), menanti angkot yang lewat untuk pulang ke rumah.

Jarak antara rumah dengan Universitas Bengkulu sekitar 10 Km, dan harus ditempuh dengan cara dua kali naik angkot berbeda. Senja nan temaram. Tetesan gerimis membasahi bumi. Intensitasnya beranjak tinggi. Pertanda akan turun hujan lebat. 

Dibenak Saya terbersit suatu keinginan. Kiranya Pak Dayat berkenan mengajak Saya pulang bersama. Menumpang mobilnya, sedan warna biru. Saya perhatikan Pak Dayat hanya sendirian, dan kebetulan tempat tinggal kami searah. Di Kelurahan Padang Harapan.

Tapi, keinginan Saya tidak terwujud. Mobil Pak Dayat meluncur begitu saja. Saya hanya melongo. Mungkin situasional. Pak Dayat terburu-buru, dan tidak melihat keberadaan Saya, berdiri di pinggiran jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun