Mohon tunggu...
Bagis Syarof
Bagis Syarof Mohon Tunggu... -

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Alih Fungsi Media Sosial Menjadi Media Pembawa Sial, Kok Bisa?

14 Desember 2018   18:31 Diperbarui: 15 Desember 2018   09:05 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat dari judulnya aja sudah jelas yak kalo media sosial itu fungsinya adalah media untuk bersosial. Tapi sekarang kok aku jadi bingung, entah kenapa media sosial menjadi media pembawa sial.

Sekarang ini media tidak lagi menjadi ajang bersosial, melainkan untuk menebar kebencian lah, menyebarkan berita bohong lah, dan masih banyak lagi yang berdampak negatif terhadap kehidupan manusia media sosial, kalo bahasa yang lagi  trend sih, netizens. Haduh, jadi galau donk Mark Zukerberg kalo gini.

Saya sendiri merasa gelisah sekali ketika menengadai banyak orang yang mudah terprovokasi oleh postingan media sosial, semisal Facebook. Saya mangalami sendiri betapa mudahnya netizents terpengaruh oleh postingan di FB, mereka tidak memikir dua kali dan langsung beraksi, hujatan, klaim buruk, dan berdebat. Miris sekali. Bahkan ada yang sok-sok an memakai ayat Al-qur'an dan juga hadis demi untuk menang dalam sebuah peraduan argument. Kalau istilah gue sih, orang kayak itu lebih tepatnya disebut penjual ayat.

Saya lebih condong terhadap users FB, soalnya pengalaman banyak sih tentang media yang satu ini. Kalau mau diistilahkan kekinian, saya juga bisa disebut aktivis kampus, eh bukan deng, aktivis Facebook. Saya menyandang gelar tersebut sejak menjadi siswa MTS loh. Kalau tidak tau kisahnya sih terkesan biasa aja, tapi kalau kawan-kawan tau nih perjuanganku untuk sekedar Facebook-an berdarah-darah bos. Bolehlah saya curhat sedikit mengenai pengalaman pahit, manis deng, ehh kecut aja deh, soalnya kagak manis dan kagak pahit juga.

Di sekolah Madrasah Tsanawiyah atau yang saya sebut MTS, mempunyai hp yang mereknya sangat mewah tapi nyatanya tidak. Nama hp saya, Cross. Wahhh bisa ngebut dan naik gunung donk kalo gitu. Tapi sayangnya hpku tidak bisa ngebut dan naik gunung, dia hanya bisa diam dan manja di tanganku.

Karena hp itu adalah satu-satunya dan tidak ada lagi, saya sangat menyanyanginya. Setiap datang sekolah aku timang, sebelum sekolah aku timang, bahkan sebelum tidur aku timang. Jadi teringat film misteri deh. Ituloh yang viral pada tahun 2006 an. "kutimang timang anakku sayang. Buah hatiku.. oh sibiran tulang", eh kok malah nyanyi. Abis saya juga termasuk penggemar setia film misteri sih.

Kenapa aku selalu menimang, karena aku ingin Faceeboo-kan. Karena koneksinya tidak seperti namanya, Croos yang terkenal ngebut dan naik-naik ke puncak gunung. Aku pun mencoba berpikir kreatif. Aku mengambil galah untuk mengantung baju di tempat yang tinggi, dan menggantung hpku di atas galah, agar halaman akun facebookku bisa kebuka. Sungguh mengenaskan sekali bukan.

Di MA, singkatan dari Madrasah Aliyah, aku sudah tidak memakai lagi hp Cross yang-katanya- bisa ngebut dan naik ke puncak gunung, karena sudah punya hp baru, namanya Blakberrry. Waduh, hp macam apalagi ini. Aku mengira hp itu adalah jelmaan dari buah Blackberry yang bisanya dimakan bukan untuk FB-an. Ternyata hp, itu lebih cepat koneksi internetnya dari pada hp Cross jelmaan motor malah kayak keong.

Meskipun koneksi lancar, dan aku selalu FB-an, belum aku temukan ujaran kebencian berita hoaks dan lainnya, di media ciptaan Mark Zukerberg ini. Entah karena aku masih cupu atau kurang peka dalam berselancar di media sosial atau gimana aku tidak tahu itu.

Namun dalam setahun ini, semenjak gencar-gencarnya pemilihan umum, banyak aku temukan postingan-postingan yang rada provokatif, hoaks dan lainnya yang negatif-negatif lah. Bahkan ada yang sampai debat, tengkar, dan ngajak berkelahi hanya karena media sosial. Ooo, berarti ini namanya bukan media sosial tapi media pembawa sial.

Penelusuran lebih lanjut aku lakukan ke  media sosial lain, semisal Twitter, dan Instagram. Users di media sosial lain juga sama, mereka juga masih seperti anak kecil yang mudah dikompori. Sekali ada postingan menjelekkan orang lain, pasti langsung parah tanggapan komentatornya. Tidak ada klarifikasi, langsung cuzzz, sekali jelek kata si pemosting, ya jelek juga kata yang menanggapi. Meskipun ada yang tidak langsung cuz, namun sangat minim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun