Mohon tunggu...
Riska BagasPurnama
Riska BagasPurnama Mohon Tunggu... Lainnya - Lahir sebagai anak manusia

Yang jelas bagaimanapan hidupnya "Berfikir positif adalah salah satu cara sederhana untuk mensyukuri otak" hueheheh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Menulis Surat untuk Diri Sendiri

3 Juni 2022   09:08 Diperbarui: 5 Juni 2022   22:00 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi surat. (sumber: Thinkstockphotos.com via kompas.com) 

Jika waktu memiliki alat ukur atau satuan, hitunglah berapa banyak waktu yang sudah kau sisihkan untuk bersama teman-temanmu, keluargamu, untuk bertengkar dengan istrimu, menghukum anak-anakmu, berjalan liburan atau berkeliling kota untuk melakukan kewajiban mu sebagai manusia. 

Apakah ada pertimbangan didalam akal dan pikiran kita tentang berbagai penyakit yang sudah kita ciptakan melalui ulah kita sendiri, ayo renungi lagi dan cari makna tentang waktu yang begitu setia menemani kita berjalan sampai saat ini.

Mungkin dengan perenungan dan mengurai makna dalam kehidupan kau akan memahami bahwa waktu didalam hidupmu lebih singkat dari pada apa yang kau pikirkan tentang masa lalu atau masa depan mu. 

Bisakah kau ingat dan renungkan kembali, di saat dulu kita memiliki suatu tujuan, saat kita merencanakan sesuatu, berapa banyak waktu yang kita butuhkan untuk sekedar berencana.

Saat kita mencapai titik kelelahan, berapa banyak waktu yang kita luangkan untuk diri kita sendiri, ketika wajah masih tampak alami sebagai bocah.

Ketika pikiran masih belum terusik oleh kebutuhan, dan tugas apa yang sudah kita capai dalam hidup yang sekian panjang itu? 

Berapa banyak makna yang hilang dari kehidupanmu di dalam samudra duka, dalam kepuasan sesaat, keserekahan, dan beberapa godaan kehidupan.

Dengan datangnya surat ini, aku ingin kita menyadari bahwa kita sudah mati sebelum kematian itu datang dan memang seharusnya begitu, kita harus mati dalam menjalankan kehidupan. 

Kegagalan, kekecewaa, keluhan, resah dan perasaan-perasaan sejenis itu datang karena ketidak pahaman kita terhadap kehidupan.

Kita mungkin sadar bahwa sudah begitu setiaanya waktu berlalu menemani perjalanan kehidupan kita sampai saat ini, tapi tak sedikitpun kita memperhatikan kapan kita bisa bekerja sama dengan waktu untuk melahirkan beberapa makna dalam kehidupan kita. 

Sepanjang perjalanan napas kita berapa manfaat yang lahir dari perilaku kita berapa banyak keteledoran yang kita lahirkan sepanjang perjalanan hidup kita dan itu tak pernah kita renungkan sampai sekarang sampai kita sudah berada di depan pintu masuk keabadian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun