Dari sisi lingkungan, teknologi ini membantu kita menurunkan emisi karbon. Studi dari Good Food Institute menunjukkan bahwa fermentasi presisi menghasilkan hingga 90 persen lebih sedikit gas rumah kaca dibandingkan produksi daging dan susu konvensional. Kita juga menghindari risiko penyakit dari hewan, penggunaan antibiotik berlebihan, dan variabilitas nutrisi.
Apa Tantangannya?
Namun, perjalanan kita menuju pangan hasil fermentasi presisi tidak tanpa hambatan. Biaya produksi masih tinggi karena skala industri belum optimal. Infrastruktur seperti bioreaktor dan sistem pemurnian masih terbatas di banyak negara.
Selain itu, kita juga menghadapi tantangan dari sisi regulasi dan penerimaan konsumen. Banyak orang masih merasa ragu terhadap produk hasil rekayasa genetika, meskipun hasil akhirnya tidak mengandung DNA rekayasa. Kita perlu meningkatkan edukasi dan transparansi agar masyarakat memahami bahwa teknologi ini aman dan memiliki manfaat besar.
Kita juga harus memastikan teknologi ini inklusif. Jangan sampai hanya negara maju yang menikmati hasilnya. Negara seperti Indonesia memiliki potensi besar dalam hal biodiversitas mikroorganisme, dan dengan investasi yang tepat, kita bisa menjadi pemain penting di tingkat global.
Potensi untuk Indonesia
Dengan kekayaan hayati dan tradisi fermentasi yang sudah mengakar, Indonesia seharusnya tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga produsen inovasi fermentasi presisi. Kita memiliki banyak universitas dan peneliti di bidang mikrobiologi, serta UMKM pangan yang siap berkembang.
Bayangkan jika kita bisa menciptakan varian lokal protein nabati atau minuman fungsional berbasis mikroorganisme lokal. Dengan kolaborasi antara sains, industri, dan pemerintah, kita bisa mengembangkan teknologi ini agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.
Kesimpulan
Fermentasi presisi mengajarkan kita bahwa makanan tidak harus datang dari sumber tradisional. Dengan mikroorganisme dan bioteknologi, kita bisa menciptakan pangan baru yang lebih ramah lingkungan, efisien, dan aman. Kita sedang menyaksikan transformasi besar dalam sistem pangan global, dan ini adalah kesempatan bagi kita untuk tidak hanya ikut serta, tapi juga memimpin. Pertanyaannya, apakah kita siap berinvestasi dalam solusi masa depan ini, atau hanya menjadi penonton ketika dunia mulai bergeser?
Daftar Pustaka