Dulu, kita mengenal fermentasi dari dapur rumah seperti tempe yang dibungkus daun, tape yang difermentasi dalam toples, atau yogurt yang dibuat secara alami. Kita menggunakan mikroorganisme tanpa benar-benar mengenalnya, tetapi hasilnya menjadi bagian penting dari budaya makan kita. Hari ini, fermentasi tidak lagi hanya terjadi di dapur. Di laboratorium dan fasilitas produksi canggih, kita mulai memanfaatkan mikroorganisme dengan cara yang jauh lebih terarah dan dari sanalah lahir konsep fermentasi presisi.
Dengan fermentasi presisi, kita memprogram mikroorganisme agar bisa memproduksi bahan pangan seperti protein susu, telur, atau lemak nabati, tanpa menggunakan hewan sama sekali. Kita tidak hanya memperbarui cara membuat makanan, tetapi juga membuka kemungkinan untuk menciptakan sistem pangan yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan bagi semua.
Apa Itu Fermentasi Presisi?
Fermentasi presisi memungkinkan kita mengubah mikroorganisme seperti yeast atau jamur menjadi pabrik kecil penghasil zat tertentu. Kita menyisipkan gen yang mengkode protein makanan---misalnya protein kasein dari susu sapi---ke dalam DNA mikroba. Hasilnya, mikroba tersebut akan memproduksi kasein ketika difermentasi dalam bioreaktor. Prosesnya steril, terkendali, dan dapat direplikasi secara massal.
Dengan teknologi ini, kita bisa menciptakan makanan yang secara struktur dan fungsi identik dengan produk hewani, tanpa melibatkan hewan. Produk seperti susu, telur, atau daging bisa dibuat lebih efisien dan tanpa dampak negatif yang biasanya menyertai industri peternakan.
Bagaimana Kita Melakukannya?
Proses fermentasi presisi dimulai dengan memilih mikroorganisme yang dapat tumbuh cepat dan stabil. Setelah itu, kita melakukan modifikasi genetik agar mikroorganisme menghasilkan molekul tertentu. Selanjutnya, mikroorganisme dimasukkan ke dalam bioreaktor, seperti tabung besar tempat fermentasi berlangsung.
Selama proses ini, mikroorganisme diberi nutrisi agar tumbuh dan memproduksi zat yang kita inginkan. Setelah proses selesai, kita memurnikan hasilnya dan menggunakannya sebagai bahan makanan. Misalnya, protein susu yang dibuat oleh mikroba bisa digunakan dalam es krim atau keju, tanpa melibatkan sapi sama sekali.
Apakah Sudah Ada yang Melakukannya?
Beberapa perusahaan telah menunjukkan kepada kita bahwa fermentasi presisi bukan lagi sekadar eksperimen. Perusahaan seperti Perfect Day memproduksi protein susu yang digunakan dalam berbagai produk es krim. The Every Company membuat putih telur dari fermentasi mikroba. Impossible Foods menggunakan protein heme hasil fermentasi untuk menciptakan rasa daging dalam produk nabatinya.
Menurut laporan BCG tahun 2023, lebih dari 80 startup di dunia tengah mengembangkan produk berbasis fermentasi presisi. Kita melihat bahwa ini bukan hanya tren teknologi, tapi pergeseran nyata dalam sistem produksi pangan global.
Ini adalah Inovasi Teknologi untuk Masa Depan
Dengan fermentasi presisi, kita bisa mengurangi ketergantungan pada peternakan hewan yang menguras sumber daya. Kita tidak perlu lagi lahan luas, air dalam jumlah besar, atau pakan ternak. Semua produksi dilakukan di ruang tertutup, dengan kontrol penuh terhadap kualitas dan keamanan.
Dari sisi lingkungan, teknologi ini membantu kita menurunkan emisi karbon. Studi dari Good Food Institute menunjukkan bahwa fermentasi presisi menghasilkan hingga 90 persen lebih sedikit gas rumah kaca dibandingkan produksi daging dan susu konvensional. Kita juga menghindari risiko penyakit dari hewan, penggunaan antibiotik berlebihan, dan variabilitas nutrisi.
Apa Tantangannya?
Namun, perjalanan kita menuju pangan hasil fermentasi presisi tidak tanpa hambatan. Biaya produksi masih tinggi karena skala industri belum optimal. Infrastruktur seperti bioreaktor dan sistem pemurnian masih terbatas di banyak negara.
Selain itu, kita juga menghadapi tantangan dari sisi regulasi dan penerimaan konsumen. Banyak orang masih merasa ragu terhadap produk hasil rekayasa genetika, meskipun hasil akhirnya tidak mengandung DNA rekayasa. Kita perlu meningkatkan edukasi dan transparansi agar masyarakat memahami bahwa teknologi ini aman dan memiliki manfaat besar.
Kita juga harus memastikan teknologi ini inklusif. Jangan sampai hanya negara maju yang menikmati hasilnya. Negara seperti Indonesia memiliki potensi besar dalam hal biodiversitas mikroorganisme, dan dengan investasi yang tepat, kita bisa menjadi pemain penting di tingkat global.
Potensi untuk Indonesia
Dengan kekayaan hayati dan tradisi fermentasi yang sudah mengakar, Indonesia seharusnya tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga produsen inovasi fermentasi presisi. Kita memiliki banyak universitas dan peneliti di bidang mikrobiologi, serta UMKM pangan yang siap berkembang.
Bayangkan jika kita bisa menciptakan varian lokal protein nabati atau minuman fungsional berbasis mikroorganisme lokal. Dengan kolaborasi antara sains, industri, dan pemerintah, kita bisa mengembangkan teknologi ini agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.
Kesimpulan
Fermentasi presisi mengajarkan kita bahwa makanan tidak harus datang dari sumber tradisional. Dengan mikroorganisme dan bioteknologi, kita bisa menciptakan pangan baru yang lebih ramah lingkungan, efisien, dan aman. Kita sedang menyaksikan transformasi besar dalam sistem pangan global, dan ini adalah kesempatan bagi kita untuk tidak hanya ikut serta, tapi juga memimpin. Pertanyaannya, apakah kita siap berinvestasi dalam solusi masa depan ini, atau hanya menjadi penonton ketika dunia mulai bergeser?
Daftar Pustaka
BCG. (2023). Future of Food: Precision Fermentation Market Outlook.
Good Food Institute. (2022). Fermentation: The next pillar of alternative protein.
Perfect Day. (2023). Animal-free dairy technology overview.
The Every Company. (2023). Sustainable protein through precision fermentation.
Impossible Foods. (2022). The science of plant-based meat.
GFI Europe. (2023). Fermentation in the European food industry.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI