Mohon tunggu...
Bagas Kurniawan
Bagas Kurniawan Mohon Tunggu... Biotechnologist and Food Technologist

Konsultan Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan. Penulis Artikel. Berbagi ilmu dengan cara santai. Blog pribadi: https://www.nextgenbiological.com/ Email: cristanto.bagas@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

MBG Sebagai Jalan Pelestarian Makanan Lokal

2 Oktober 2025   10:02 Diperbarui: 2 Oktober 2025   10:02 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih jauh, MBG bisa menjadi alat pelestarian pangan lokal. Setiap kali anak sekolah menikmati bubur Manado, papeda, gudeg, rendang, atau pecel, mereka tidak hanya mendapat gizi tetapi juga mewarisi identitas budaya leluhur.

Di era globalisasi, makanan instan dan UPF kian mendominasi, menggeser konsumsi makanan tradisional. Jika MBG bisa mempopulerkan kembali makanan lokal kepada generasi muda, maka secara tidak langsung program ini juga menjadi benteng pelestarian kuliner nusantara.

FAO (2019) menekankan pentingnya sistem pangan berkelanjutan berbasis lokal untuk menjaga keanekaragaman hayati dan budaya pangan. Dengan mengintegrasikan pangan lokal dalam MBG, Indonesia bisa membangun ketahanan pangan sekaligus melestarikan warisan kuliner. Berikut ini rekomendasi yang dapat dilakukan:

  1. Bangun dapur MBG di sekolah memutus rantai distribusi panjang, menjaga higienitas, dan memberi kendali penuh pada sekolah.

  2. Biarkan SPPG lokal menentukan menu standar gizi ditetapkan BGN, tapi menu disesuaikan dengan budaya setempat.

  3. Prioritaskan pangan lokal segar libatkan petani, nelayan, dan UMKM sekitar sekolah.

  4. Edukasi anak tentang makanan tradisional MBG bisa jadi ruang belajar mengenal keragaman kuliner nusantara.

  5. Audit berkala keamanan pangan pastikan sertifikat laik hygiene diterapkan dengan benar, termasuk penggunaan air bersih sesuai Permenkes No. 2 Tahun 2023.

Kesimpulan

Program MBG bukan hanya urusan gizi, tetapi juga tentang identitas, keberlanjutan, dan keadilan ekonomi. Dengan memberdayakan dapur sekolah, menyajikan pangan lokal, dan melibatkan masyarakat sekitar, MBG bisa menjadi program multifungsi: menyehatkan anak, menggerakkan ekonomi lokal, sekaligus melestarikan makanan tradisional.

Jika hal ini dijalankan konsisten, maka generasi muda bukan hanya tumbuh sehat, tetapi juga bangga akan kekayaan pangan nusantara. MBG dengan demikian bisa menjadi warisan berharga, tidak hanya untuk tubuh anak-anak hari ini, tetapi juga untuk kebudayaan bangsa di masa depan.

Daftar Pustaka

  • Drewnowski, A. (1997). Taste preferences and food intake. Annual Review of Nutrition, 17, 237--253. https://doi.org/10.1146/annurev.nutr.17.1.237
  • FAO. (2019). The State of Food and Agriculture 2019: Moving forward on food loss and waste reduction. Food and Agriculture Organization of the United Nations.
  • Hardinsyah. (2017). Pangan dan gizi dalam pembangunan manusia Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan, 12(1), 1--12.
  • Kulwa, K., Mamiro, P., Modest, B., & Msuya, J. (2014). Local food-based approaches to improve nutrition and health in Tanzania: A review. African Journal of Food, Agriculture, Nutrition and Development, 14(7), 9189--9205.
  • World Health Organization. (2003). Diet, nutrition and the prevention of chronic diseases. WHO Technical Report Series 916.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun