Mohon tunggu...
ayub badrin
ayub badrin Mohon Tunggu... Penulis - Ayub Badrin seorang jurnalis

Selain menggeluti dunia Teater saya juga aktif di media masa lokal.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menonton Monolog "Prita Istri Kita" di TBY

20 Desember 2018   22:18 Diperbarui: 20 Desember 2018   22:34 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh karenanya menjadi sah jika wanita ini kemudian membayangkan seorang lelaki bernama Benny Brewok yang suka mengajaknya berenang. Atau pergi dengan becak. Bahkan dicium di dalam becak. Sebuah romantisme yang tidak didapatnya dari suaminya, Broto.

Wan Hidayati mampu membongkar sisi-sisi gelap Prita. Menjadi wakil dari nasib berjuta wanita Indonesia yang di zaman itu, nyaris hanya mampu bersandar pada penghasilan suami. Berbeda dengan kehidupan di masa sekarang. Perempuan Indonesia sudah banyak yang mempunyai penghasilan sendiri, bahkan berprofesi menjadi guru.

Kemiskinan Prita juga bisa kita tangkap saat Prita untuk mendengarkan radio saja harus menguping dari radio terangganya yang selalu diputar keras-keras. Tak jarang suara berisik itu membuat mereka ribut dan bertengkar. Sebagai perempuan Medan, Prita galak. Tapi lagi-lagi dia harus menahan emosinya, lantaran suaminya yang orang Jawa itu selalu bersikap nrimo sepanjang hidup.

"Untung saja suamiku, si Broto itu melarang. Kalau tidak, sudah ku patah-patahkan tulangnya," kata Prita sambil membuka jurus-jurus silat Melayunya.

Tetapi itu semua menjadi duri dalam daging. Meski Prita tahu kalau suaminya sangat menyayanginya. Dan dia juga harus patuh.

Dua budaya yang berbeda inilah yang diperankan Wan Hidayati dengan apik. Bagaimana di satu sisi dia harus menjadi Prita yang biasa dengan budaya yang lebih dinamis namun di sisi lain harus patuh pada suami yang lembut bagai priayi.

Benturan-benturan psikis seperti inilah yang mangaduk-ngaduk perasaan Prita, hingga di saat sendiri, di saat suaminya tak di rumah, ia melawan. Tetapi lagi-lagi Prita hanya bisa puas melawan, meludahi, dalam khayalannya di saat sendiri.

Sampai pada suaminya pulang.  Perempuan itu pun harus mengakhiri segala resah gundahnya. Dia harus menelan segala amarahnya. Kembali menjadi istri yang harus manut dan tunduk pada suami yang 'Njawa'.

"Suamiku pulang. Aku harus kembali menjadi istri yang manis," ujarnya sambil menyapu genangan air matanya.

Dan tepuk tangan pun bergemuruh di gedung teater yang pada malam itu banyak ditonton orang Sumut yang sedang berada di Yogja ini.

Keberhasilan monolog Teater Nasional Medan dengan aktris handalan, Wan Hidayati ini, tak terlepas juga didukung oleh, para pemusik yang ditata apik oleh Syahrial Felani (Mak Yal) yang sekaligus menjadi penata gerak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun