Mohon tunggu...
Giorgio Babo Moggi
Giorgio Babo Moggi Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar yang tak berhenti untuk menulis

Dream is My Life's Keyword.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Moka! Moka! Moka! Menelanjangi Pembaca

8 April 2019   07:35 Diperbarui: 8 April 2019   08:11 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Moka!Moka!Moka! sedang ditangan pembaca (Foto: Arnika Julistia )

Kos Pakuk Sari, Denpasar, 12 Mei 201

Saya baru membaca bukunya tiga hari setelah pertemuan kami di basement  Gedung Sasando. Di pertengahan buku, saya menemukan jawaban rasa penasaranku. Ternyata, moka merupakan akronim dari Mall Kartini, pusat perbelanjaan di kota Bandar Lampung.  Akronim ini dibuat oleh para kondektur.

Hal ini mengingatkan penulis pada masa kuliah di Yogya. Setiap kali saya, orang tua atau ibu hamil yang hendak turun bus, sang kondektur selalu berteriak "Anggur! Anggur! Anggur!" Sang sopir kontan menghentikan mobil. 

Ternyata sebutan "Anggur" diambil dari kata  "anggur orang tua" (brand minuman beralkohol). Dengan berteriak "Anggur!Anggur!Anggur!" langsung merujuk pada penumpang penyandang disabalitas, orang tua atau ibu hamil supaya sopir lebih berhati-hati menaikan atau menurunkan penumpang.

Sebagaimana judulnya. Moka!Moka!Moka! Sebuah Kisah Tentang Seorang Sahabat. Buku ini menghadirkan dimensi dan perspektif tentang teman, kawan dan sahabat. 

Tiga kata ini sangat familiar di telinga kita. Ketiga kata itu pun memiliki makna yang mirip. Jikalau ada kemiripan, artinya ada perbedaannya. Apa sih bedanya teman dan kawan? Kawan dengan sahabat? Di awal buku ini, sang penulis menarik batas secara tegas yang menunjukkan perbedaan makna ketiga kata tersebut.

Dalam terang pemikiran sang penulis, "Teman alias Tergantung Manfaat". Teman bisa siapa saja. Orang asing sekalipun. Musuh sekalipun. Semuanya tergantung  asas manfaat saat itu. 

Level interaksi sosial di atasnya, adalah Kawan alias Karena Relawan. Budi berpendapat kawan adalah sosok yang dapat diandalkan setiap waktu. Untuk menjadi seseorang sebagai kawan membutuhkan seleksi yang ketat dan proses yang panjang. Tapi, seorang kawan, pengalaman pribadinya, datang kala saat senang saja.

Sahabat alias Saling Hangat Berjabat adalah derajat interaksi sosial yang paling tinggi. Seseorang sahabat menjadi satu kesatuan dengan orang lain. Dia akan menjadi satu raga, satu jiwa, dan seia serta sekata.

Terang perspektif ini akan lebih jelas jika anda mendalami bukunya. Yang pasti melalui buku ini, Budi sedang menelanjangkan diri pembaca dalam konteks realitas interaksi sosial. 

Apakah pembaca berperilaku sebagai seorang teman, kawan atau sahabat? Setelah membaca buku ini, pembaca akan disadarkan akan posisinya; teman, kawan atau sahabat bagi orang lain atau sebaliknya, orang lain terhadap dirinya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun